REPUBLIKA.CO.ID, BANGKALAN -- Tokoh ulama dari Badan Silaturrahim Ulama Pesantren Madura (Basra) meminta pemerintah Indonesia dan Organisasi Konferensi Islam (OKI) turun tangan guna meredam kerusuhan yang terjadi di negara Mesir.
"Kami sangat prihatin atas kerusuhan yang terjadi di Mesir yang telah menelan banyak korban jiwa. Oleh karena itu, kami berharap organisasi Islam dunia, yakni OKI termasuk Indonesia memberikan perhatian khusus guna mendamaikan kedua belah pihak yang bertikai disana," kata anggota Bassra, Imam Bukhori Kholil, Senin (19/8) sore.
Imam menyatakan, kerusuhan yang terjadi di Mesir itu tidak hanya melanggar hukum agama, tapi juga telah melanggar ketentuan hak asasi manusia (HAM). Apalagi yang menjadi korban adalah masyarakat sipil.
Jika kerusuhan yang terjadi di negara itu tetap dibiarkan, tanpa adanya perhatian yang lebih serius, maka pengasuh pondok pesantren Syaichona Cholil ini berkeyakinan, warga muslim Mesir yang akan menjadi korban akan lebih banyak lagi.
"Sebenarnya kami mendukung upaya proses demokratisasi yang dilakukan oleh Ikhwanul Muslimin. Tapi kan yang sangat disayangkan ketika rakyat kecil harus menjadi korban," kata "Ra Imam" sapaan karib Imam Bukhori Kholil ini.
Ia menjelaskan, pihaknya terus mendoakan agar kondisi Mesir segera kembali pulih seperti sebelumnya, sehingga warga Indonesia yang ada di negara itu bisa tenang, dan bisa menjalankan aktivitasnya lagi.
Sejak kasus kerusuhan di Mesir itu terjadi, dan menelan banyak korban jiwa, kecaman dari berbagai masyarakat di belahan dunia gencar dilakukan, termasuk di Indonesia.
Di Madura sendiri, unjuk rasa mengecam kerusuhan di negara yang telah menyebabkan ratusan warga sipil meninggal dunia itu, telah dilakukan sejak Ahad (18/8) dengan menggelar aksi damai oleh kelompok massa di dua kabupaten, yakni di Bangkalan dan Kabupaten Sampang.
Pada Senin (19/8) unjuk rasa mengecam kekerasan di Mesir dan seruan perdamaian juga digelar sekelompok warga di sekitar monumen Arek Lancor Pamekasan, Madura.