Jumat 30 Aug 2013 00:35 WIB

'Kami Merasa Terpukul dengan Kenaikan Kedelai'

 Pekerja mengerjakan pembuatan tahu berbahan kedelai impor di Duren Tiga, Jakarta, Kamis (22/8). (Republika/Aditya Pradana Putra)
Pekerja mengerjakan pembuatan tahu berbahan kedelai impor di Duren Tiga, Jakarta, Kamis (22/8). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Sejumlah produsen tahu dan tempe di Kabupaten Lebak, Banten, kian menjerit setelah harga kedelai menembus Rp 9.000 per kilogram dari sebelumnya Rp 8.700 per kilogram.

"Kami bingung setiap tiga hari dipastikan harga kedelai selalu melonjak," kata seorang produsen tahu di Rangkasbitung, Soleh, Kamis (29/8).

Menurut dia, kenaikan kedelai tersebut akibat melemahnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sehingga para perajin tahu dan tempe tidak tenang.

Kemungkinan harga kedelai terus melonjak sehubungan belum stabilnya mata uang rupiah terhadap dolar itu. Sebelumnya, kata dia, harga kedelai di pasaran sebesar Rp 7.800 per kilogram, namun kini menembus Rp 9.000 per kilogram.

"Kami merasa terpukul dengan kenaikan kedelai hanya cukup makan keluarga saja, karena produksi menurun sekitar 50 persen," katanya.

Ia mengatakan, apabila harga kedelai terus naik dipastikan ratusan produsen tahu dan tempe gulung tikar, padahal mereka merintis usaha puluhan tahun.

Para produsen tahu dan tempe kini serba sulit untuk menaikan satuan harga karena khawatir ditinggal pelanggan tetap. "Untuk usaha bisa bertahan kami menyiasati dengan memperkecil ukuran," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement