REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Serangan-serangan di Baghdad dan beberapa daerah Sunni di Irak merenggut 17 jiwa, Senin, termasuk delapan orang dalam pemboman terkoordinasi terhadap rumah seorang pemimpin milisi penentang Alqaida. Demikian kata sejumlah pejabat.
Serangan-serangan itu merupakan yang terakhir dari gelombang kekerasan yang telah menewaskan lebih dari 3.800 orang tahun ini. Serangan yang menyulut kekhawatiran luas bahwa Irak tergelincir kembali ke pertumpahan darah besar seperti pada 2006 dan 2007.
Serangan paling mematikan terjadi di Baghdad barat di rumah Wissam al-Hardan pada Senin (2/9) waktu setempat. Al Hardan sebelumnya tahun ini ditunjuk oleh Perdana Menteri Irak, Nuri al-Maliki, untuk memimpin Sahwa --kelompok milisi penentang Alqaidah.
Sejumlah pejabat mengatakan dua penyerang bunuh diri meledakkan bom mereka di luar rumah Hardan sekitar pukul 15.00 waktu setempat (pukul 19.00 WIB), yang disusul dengan ledakan bom mobil ketika petugas penanganan darurat datang.
Delapan orang tewas dan 14 lain cedera dalam insiden itu, termasuk Hardan. Pemimpin milisi itu dibawa ke sebuah rumah sakit di dalam kawasan dengan penjagaan ketat Zona Hijau Baghdad, dimana terdapat kedutaan-kedutaan besar AS dan Inggris serta gedung parlemen.