Ahad 08 Sep 2013 22:05 WIB

Hari Ini Tempe Masih Beredar di Jakarta

Rep: Halimatus Sadiyah/ Red: Yudha Manggala P Putra
Tempe (Ilustrasi)
Tempe (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tempe, makanan rakyat yang terbuat dari kedelai masih terlihat beredar di Jakarta, Ahad (8/9). Namun demikian, meskipun ada, jumlahnya terbatas.

Rumyati, salah satu penjual tempe di Pasar Blok G, Tanah Abang mengatakan, sebelum dollar menguat, ia biasa membeli tiga kantong besar tempe untuk dijual di kiosnya. Namun, kata dia, saat ini produsen tempe langganannya mengurangi jatah dia menjadi dua kantong saja. 

"Katanya sih karena harga kedelainya mahal," ujar Rum yang baru berjualan selama tiga bulan di pasar tersebut.

Dia menambahkan, karena bahan baku kedelainya mahal, harga tempe pun ikut. Jika biasanya satu papan tempe dihargai Rp 2500, kini harganya naik menjadi Rp 3000. "Mulai besok tempe enggak ada. Pedagangnya mau pada demo," ujar Rumyati yang masih memiliki beberapa papan tempe yang belum terjual di kiosnya.

 

Pedagang lain, Ahmad mengatakan, sejak rupiah melemah, ukuran tempe semakin kecil. Meski ukuran menjadi lebih kecil, harganya tetap baik.

Menurut Ahmad, meski harga kedelai dari produsen sudah naik, namun ia tidak menaikkan harga tempe. Hal itu ia lakukan demi menjaga konsumen agar tidak berpaling ke pedagang lain.

"Saya beli tempe harganya sudah naik Rp 100, tapi jual lagi tetap harga sama," kata pria yang sudah berdagang selama 30 tahun ini.

Dia menambahkan, jika dulu ia bisa menjual 50 papan tempe setiap harinya, kini jumlahnya menurun menjadi 40 papan tempe saja.

Seperti diketahui, mulai besok, sejumlah pengrajin tempe di Jakarta akan mogok produksi. Hal itu sesuai dengan surat himbauan yang diterbitkan oleh Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta perihal mogok produksi.

Surat yang diterbitkan untuk menindaklanjuti hasil keputusan rapat koordinasi yang dilakukan Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) ini, menghimbau pada seluruh pengrajin tempe dan tahu untuk tidak berproduksi selama tiga hari, mulai 9 hingga 11 September.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement