REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Advokasi Budaya (Madya) sangat menyesalkan hilangnya empat koleksi artefak di Museum Nasional. Koordinator Madya, Johannes Marbun mengatakan, pemerintah harus segera membentuk tim investigasi independen untuk mengungkap kasus ini.
Tanggungjawab terbesar atas hilangnya empat lempengan emas di museum yang juga dikenal sebagai Museum Gajah ini, menurutnya, adalah pemerintah. "Pemerintah harus bertanggungjawab terhadap kasus ini dan kepala museumnya juga harus diperiksa," kata dia, Jumat (13/9).
Joe, demikian lelaki ini sering disapa, mengatakan, kasus ini tidak bisa dilokalisir menjadi kasus internal museum. Benda yang hilang, adalah peninggalan bersejarah dari abad ke-10 dan merupakan milik publik. Sedangkan pemerintah, kata dia, hanya berkewenangan mengelolanya saja.
Karena itu, kata Joe, publik berhak menuntut pertanggungjawaban pemerintah atas kealpaanya. Joe mengatakan, salah satu tugas pemerintah dalam hal ini pengelola Museum Nasional adalah memastikan kondisi keamanan benda-benda yang ada di dalam museum.
"Kami bahkan meragukan, apa jangan-jangan CCTV museum sudah tidak berfungsi sejak setahun lalu," kata dia. Terkait kejadian ini, Madya segera mengumpulkan data dan informasi tentang kasus ini.
Empat koleksi artefak kuno peninggalan kerajaan Mataram, diketahui hilang dan dilaporkan ke polisi Rabu (12/9). Adapun benda yang hilang adalah pertama, lempeng naga mendekam berinskipsi, dengan panjang 5,6 cm lebar 5 cm. Benda ini berada di lemari dengan nomor inventarisir 783B.
Kedua, lempeng bulan sabit beraksara berukuran panjang 8 cm, lebar 5,5 cm. Ketiga, wadah bentuk cepuk berututup dengan diameter 6,5 cm, tinggi 6,5 cm. Ke empat, lempeng harihara dengan panjang 10,5 cm lebar 3,5 cm.
Benda-benda tersebut adalah peninggalan Kerajaan Mataram Kuno abad 10. Tempat penemuannya semua berasal dari wilayah Jawa Timur. Ke empat benda koleksi itu ada di ruang koleksi khasanah lantai dua gedung lama. Semua benda tersebut terbuat dari bahan emas.