REPUBLIKA.CO.ID, FLORES -- Perayaan Sail Komodo menyisakan kecewa bagi para nelayan dari Desa Gorontalo, Kecamatan Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Para nelayan dari desa ini mengaku tidak diikutsertakan dalam perayaan yang menelan biaya lebih dari Rp 1 triliun ini. “Seharusnya, ini pesta rakyat, namun kami justru dianaktirikan,” ujar Kepala Desa Gorontalo Aladin Natsir kepada //Republika//, Sabtu (14/9).
Kekecewaan nelayan yang tergabung dalam kelompok Petde Bahari mulai menumpuk sejak sebulan terakhir. Berdasarkan obrolan sesama nelayan, terdengar kabar bahwa akan ada parade kapal nelayan sebagai bagian dari Sail Komodo 2013.
Aladin kemudian mengunjungi Dinas Perikanan dan Kelautan untuk melakukan konfirmasi. Ia pun meminta agar kapal-kapal dari desanya dibolehkan ikut parade. Apalagi, dalam jadwal acara memang benar terdapat parade kapal nelayan.
Namun, petugas menolak keinginan tersebut. Alasannya, kelompok ini tidak terdaftar sebagai peserta. Hanya peserta yang terdaftar yang boleh ikut iring-iringan parade untuk menyambut rombongan presiden Republik Indonesia (RI) beserta delegasi negara lain.
Walaupun kecewa, Aladin dan nelayan lainnya tak hilang akal. Mereka berinisiatif untuk ikut merayakan ajang ini. Para nelayan ini bahkan tak segan menggunakan pinjaman lunak yang ditawarkam Bank Nusa Tenggara Timur (NTT) sebesar Rp 10 juta per orang. Pinjaman ini bisa dikembalikan dalam jangka waktu tiga tahun.
Seluruh bagian kapal pun dihias secantik mungkin. Mudah mengenali kapal-kapal penangkap ikan milik kelompok ini. Warna biru mendominasi dinding-dinding kapal. Sebanyak 16 kapal yang dipesan dari Makassar ini merupakan salah satu primadona kapal penangkap ikan.
Meski tanpa undangan resmi, para nelayan ini mulai berdatangan ke Pantai Pede. Mereka bahkan telah menyiapkan formasi untuk bisa berpartisipasi dalam acara yang melibatkan banyak kementerian ini. “Tapi, hari ini kami malah disuruh pergi dari Pantai Pede, hanya dua kapal yang diizinkan ikut parade, empat hari yang lalu,” ujar Abu, salah satu nelayan.
Perintah meninggalkan lokasi ini dengan memprotes perlakuan yang dirasa tidak adil. Kapal-kapal nelayan dikatakan berisiko mengganggu jalannya acara. Mendengar hal ini, para nelayan semakin enggan memindahkan kapal-kapal mereka. Dua kapal yang diizinkan ikut parade pun batal tampil atas dasar toleransi.
Saat dikunjungi ROL seusai acara puncak, raut kecewa masih tersisa di wajah para nelayan ini. Selama dua hari ini, mereka bersedia tidak melaut asalkan bisa ikut parade. Jika cuaca sedang bagus, dalam sekali melaut, para nelayan bisa mendapatkan hasil hingga Rp 300 ribu per orang.
Ketika acara berlangsung, hanya para undangan yang bisa menyaksikan suguhan kesenian yang tersaji indah. Masyarakat lokal diberi jarak sekitar 100 meter dari kanan dan kiri lokasi pagelaran.
Sekretaris Dewan Kelautan Dedi H Sutisna mengatakan, panitia telah melibatkan kapal nelayan dalam parade lokal. Maka itu, ada di sekitar Pulau Pede. Namun, memang kapal-kapal tersebut tidak diikutkan dalam konvoi beriringan dengan kapal perang, kapal medis, dan kapal lainnya yang dipamerkan di hadapan rombongan presiden RI. Alasan ketidakikutsertaan ini karena khawatir kapal ini terhempas gelombang kapal-kapal besar tersebut.