REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) mengaku dapat meminimalisasi potensi ancaman data kerawanan data pemilu. Dikatakan, titik terlemah dari kerawanan yang menjadi kelemahan sistem informasi dan teknologi bisa diperkuat oleh Lemsaneg.
Kepala Lemsaneg Mayjen TNI Djoko Setiadi mengatakan, ancaman yang paling besar adalah manipulasi data pemilih tetap (DPT). Meski pada pemilu 2014 sebagian besar data pemilih menggunakan basis e-KTP, namun potensi manipulasi masih bisa terjadi. Apalagi sistem pemutakhiran masih menyisakan sejumlah persoalan.
Dijelaskan, ancaman terbesarnya yaitu potensi modifikasi hasil pemilu pada pusat data KPU. "Ada ancaman peretasan dan modifikasi data hasil rekapitulasi pemilu di website KPU," kata Djoko di kantor Lemsaneg, Jakarta, Selasa (1/10).
Perjalanan data dari tempat pemungutan suara hingga ke pusat server KPU juga disebut rentan untuk dirusak dan diretas. Sehingga, perubahan hasil perolehan suara mungkin saja dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Bila itu terjadi, tentu saja legitimasi pelaksanaan pemilu akan tercoreng.
Setelah sampai di pusat server KPU pun, lanjut Djoko, kemungkinan perusakan data masih besar. Sistem informasi KPU yang sifatnya terbuka, sangat memungkinkan untuk ditembus oleh mereka yang memiliki kompetensi, seperti para peretas.
"Lemsaneg hadir untuk membantu bagaimana agar perjalanan data itu aman, tidak dirusak, dimodifikasi, diretas, dan dirusak. Begitu juga sistem informasi yang dimiliki KPU. Namun itu dilakukan dengan sistem kami tanpa mengganggu atau meminta kunci (password) KPU," jelasnya.