REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM--Ekonomi Palestina dapat berkembang sampai 35 persen jika saja Israel mencabut pembatasan terhadap akses rakyat Palestina ke dua-pertiga Wilayah Tepi Barat, yang dikuasainya. Pernyataan itu penggalan laporan yang disiarkan oleh Bank Dunia pada Selasa (8/10).
Laporan itu mengatakan, "Lebih dari separuh lahan di Tepi Barat Sungai Jordan, sebagian besar lahan pertanian dan kaya akan sumber daya, tak bisa diakses oleh rakyat Palestina."
Ditambahkannya, "Studi menyeluruh pertama mengenai potensi dampak dari 'lahan terbatas' ini memperlihatkan kerugian saat ini terhadap ekonomi Palestina sebesar 3,4 miliar dolar AS."
Membebaskan kegiatan ekonomi di Tepi Barat akan memiliki dampak tinggi pada "perkembangan bisnis di sektor pertanian dan eksploitasi mineral Laut Mati, penggalian serta penambangan batu, pembangunan, pariwisata dan telekomunikasi", kata laporan tersebut, sebagaimana dikutip Xinhua.
"Sektor lain akan mampu meraih keuntungan dari peningkatan kualitas, biaya prasarana dan peningkatan tuntutan akan barang serta jasa," tambah laporan.
Laporan tersebut dikeluarkan dua pekan setelah Kuartet Timur Tengah-AS mengumumkan rencana untuk memulihkan ekonomi Palestina.
"Gagasan Ekonomi bagi Palestina" bertujuan mendorong ekonomi melalui serangkaian proyek penanaman modal selama kurun waktu tiga tahun. Sementara itu Dana Moneter Internasional meramalkan pertumbuhan Palestina turun dari 5,9 persen tahun lalu jadi 4,5 persen tahun ini.