REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Adjie Alfaraby mengatakan, Joko Widodo (Jokowi) sepertinya hanya akan menjadi capres wacana meskipun ia memiliki elektabilitas yang tinggi. Sebab Jokowi bukan petinggi dalam struktur partai.
"Jokowi sendiri untuk maju menjadi capres bergantung pada kemauan Megawati untuk melepaskan diri menjadi capres. Kalau Megawati mau merelakan kursi capres untuk Jokowi, baru Jokowi bisa jadi capres riil, kalau tidak maka Jokowi tak akan bisa maju" kata Adjie di Jakarta, Ahad, (20/10).
Elektabilitas tokoh, terang Adjie, tidak linear dengan elektabilitas partai. Asosiasi Jokowi terhadap PDIP juga lemah, Jokowi dilihat sebagai tokoh di luar PDIP walaupun elektabilitasnya tinggi.
Jokowi, kata Adjie, bukan tokoh struktural partai. PDIP juga tidak akan melakukan konvensi untuk memunculkan capres, makanya posisi Jokowi untuk maju nyapres itu sulit.
Sedangkan Prabowo Subianto, ujar Adjie, juga menjadi capres wacana karena elektabilitas Gerindra masih rendah. Elektabilitas Gerindra hanya 6,6 persen susah untuk lolos presidential threshold dan parliamentary threshold. "Kehendak kuat Prabowo untuk maju nyapres hanya akan terbentur dengan keadaan riil politik. Kalau Gerindra suaranya di bawah angka 10 persen maka Prabowo susah nyapres," kata Adjie.
Sementara itu, lanjut Adjie, pemenang konvensi Partai Demokrat kalau tidak mendapat dukungan koalisi dengan partai lain maka akan susah maju. Sebab elektabilitas Demokrat saja belum mencapai 10 persen. "Bisa jadi capres riii yang maju akhirnya mengerucut hanya menjadi dua pasangan capres. Hanya Golkar dan PDIP yang sepertinya punya jalan memenangkan presidential threshold dan parliamentary threshold," kata Adjie.