REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebutuhan pelaut Indonesia dan dunia saat ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Karenanya, Akademi Maritim Djadajat dan SMK Pelayaran Djadajat siap menghadapi tantangan global tersebut.
Captain Djafar Mmar, Ketua Yayasan Pendidikan Pelajaran Djadajat 1963 mengatakan, Konvensi Manilai yang dituangkan dalam STCW 2010, terpaksa diklat kepelautan di Indonesia harus mengikuti regulasi tersebut.
"Kami Akademi Maritim Djadajat siap menjawab tantangan tersebut," tutur Captain Djafar di sela-sela HUT Akademi Maritim Djadajat ke-50, yang digelar di Balai Samudra, Jumat (25/10) malam.
Ia menjelaskan, untuk menuju atau mendapatkan approval yang diterapkan Internasional Maritime Organisation (IMO), pihaknya sangat membutuhkan dukungan riil dari pemerintah. Ia meminta jangan diklat negeri saja yang selalu menjadi perhatian, pemerintah juga harus memperhatikan diklat non negeri, seperti Djadajat, mengingat di mata IMO tidak ada istilah diklat negri atau non negeri.
"Jadi kami diklat non negri jangan dianaktirikan," tuturnya.
Kasubdit kemahasiswaan Dikti, Dr Widyo Winarso mendukung peningkatan status dari akademi menjadi sekolah tinggi, mengingat Akademi Maritim Djadajat sudah berusia 50 tahun, dan sudah menelorkan ribuan perwira laut.
"Jurusan kemaritiman sangat terbuka lebar untuk ilmu terapan, sudah ada hampir 600 jurusan program studi untuk studi kemaritiman," tuturnya.