Selasa 29 Oct 2013 17:20 WIB

Kisah Tukang Topeng Monyet di Jakarta

Rep: Mas Alamil Huda/ Red: Citra Listya Rini
Seorang pawang beserta monyet peliharaannya terjaring dalam razia topeng monyet oleh Satpol PP di kawasan Cawang, Jakarta Timur, Selasa (22/10).  ( Republika/Rakhmawaty la'lang)
Seorang pawang beserta monyet peliharaannya terjaring dalam razia topeng monyet oleh Satpol PP di kawasan Cawang, Jakarta Timur, Selasa (22/10). ( Republika/Rakhmawaty la'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, Udin kini merasa was-was dengan maraknya razia topeng monyet di DKI Jakarta. Satu dari lima monyetnya telah tertangkap dan diganti dengan uang oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Satu ekor monyet Udin yang tertangkap dihargai satu juta rupiah.

Sabtu (26/10), satu ekor monyet milik Udin terkena razia saat dibawa mengamen oleh Ozi. Ozi tertangkap ketika sedang ‘beraksi’ dengan monyet milik Udin yang biasa kita sebut topeng monyet itu.

Ozi dibawa oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) untuk diberi pengarahan. Monyet yang dibawanya ketika mengamen diambil oleh petugas dan ditukar dengan uang sejumlah satu juta rupiah.

“Monyet saya kini tinggal empat. Kemaren kena (razia) satu (ekor). Terus diganti sejuta,” kata Udin saat ditemui Republika di rumahnya, Kampung Pulo Jahe RT 05 RW 14 Kelurahan Jatinegara Kecamatan Cakung Jakarta Timur, Selasa (29/10) sore.

Pria 52 tahun itu mengaku memulai usaha topeng monyetnya dua tahun silam. Awalnya Udin membeli dua ekor monyet lengkap dengan gendang dan perlengkapan topeng monyet.

Udin menjelaskan untuk membeli satu ekor monyet lengkap dengan aksesoris topeng monyet, ia harus merogoh koceknya sebesar Rp 2,5 juta. Lambat laun, Udin pun mengembangkan usahanya itu hingga punya lima ekor monyet.

Bapak dua anak itu tak pernah jalan sendiri menggunakan monyetnya untuk mengamen. Semua monyetnya ia sewakan. Warga asli Kampung Pulo Jahe itu hanya menerima setoran dari tukang topeng monyet yang menyewa monyetnya. Sewa satu monyet untuk sehari ia patok dengan Rp 12 ribu. Bukan jumlah yang besar.

Udin mengaku, uang dari hasil monyet yang disewakan itu hanya cukup untuk membeli makanan sehari-hari buat monyet-monyetnya. “Buah-buahan. Yang paling sering ya pisang. Habis buat beli makan monyet saja,” ujarnya dengan tertawa. 

Udin berharap, jika memang benar-benar topeng monyet akan dilarang, ia hanya meminta pemerintah memikirkan nasib tukang monyet seperti Ian. Ia juga siap bila sewaktu-waktu monyet miliknya diambil dan diminta pemerintah.

Ia juga berharap pemerintah akan memberi pekerjaan atau modal berdagang untuk mereka yang kehilangan pekerjaan akibat dilarangnya topeng monyet. “Kan mereka semua kasihan. Enggak ada pekerjaan lagi yang bisa mereka lakukan. Sedangkan mereka hidup (dengan rumah) ngontrak. Bayarnya gimana? Makan sehari-harinya gimana?,” katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement