REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Moskow tak memiliki informasi bahwa Damaskus menyembunyikan sebagian simpanan zat kimianya, kata Kementerian Luar Negeri Rusia pada Jumat (8/11).
"Selama lebih dari satu bulan, misi gabungan PBB dan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) telah bekerja. Tugasnya ialah mendukung Pemerintah Suriah menerapkan kewajiban mereka mengenai pemusnahan simpanan senjata kimianya, instalasi dan kemampuan produksinya," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri di Moskow Alexander Lukashevich dalam satu taklimat yang dilansir dari Xinhua, Sabtu (9/11).
Ia menyatakan Moskow tidak memiliki fakta apa pun bahwa Suriah telah menyembunyikan sebagian senjatanya, demikian laporan CNN baru-baru ini. Menurut diplomat tersebut, "tak masuk akal" untuk mengomentari laporan CNN itu. Ia mengutip laporan belum lama ini yang diajukan OPCE ke Dewan Keamanan PBB.
Luskashevich menyatakan OPCE telah memuji Pemerintah Suriah karena kerja-samanya dengan misi gabungan PBB-OPCW dan menyampaikan pekerjaan yang berhasil dalam perlucutan senjata kimia Suriah. "Tuduhan kosong mengenai Damaskus dapat ditafsirkan sebagai bukan apa-apa kecuali pernyataan ketidak-percayaan atas pekerjaan yang berhasil oleh organisasi terhormat internasional ini," kata Lukashevich.
Stasiun televisi AS, CNN, pada Rabu (6/11), melaporkan Amerika Serikat sedang meneliti laporan intelijen rahasia baru yang menyatakan Pemerintah Suriah mungkin tidak sepenuhnya mengumumkan simpanan senjata kimianya. Pada Kamis, kantor berita swasta Turki, Dogan, melaporkan Pemerintah di Ankara bahwa ada sebanyak 1.200 hulu ledak roket di dekat perbatasan Suriah.
Dengan mengutip Gubernur Huseyin Avni Cos, Kantor Berita Dogan menyatakan satu truk barang yang dipenuhi hulu ledak, bazoka, rudal, bom dan senjata api disita di Provinsi Adana, Turki Selatan, di dekat perbatasan Suriah.
Laporan tersebut menyatakan tim polisi Adana menyita senjata itu setelah memburu truk tersebut, yang mula-mula dicurigai bahwa kendaraan itu membawa narkotika.
Sementara itu, pertemuan tiga-pihak antara PBB, Rusia dan Amerika Serikat gagal menetapkan tanggal bagi pembicaraan perdamaian Suriah, yang lama ditunda, di Jenewa, kata Utusan Khusus Gabungan PBB-Liga Arab untuk Suriah Lakhdar Brahimi, Selasa (5/11). "Kami mulanya berharap kami akan berada pada posisi bisa mengumumkan satu tanggal pada hari ini. Sayangnya, tidak," kata Brahimi.