REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Potensi permintaan global untuk dana pensiun syariah saat ini bernilai antara 160 miliar hingga 190 miliar dolar AS.
Menurut Ernst & Young, sebagian besar dana tersebut masih 'terparkir' di naungan sistem konvensional karena kurangnya pilihan instrumen investasi syariah.
"Beberapa pasar negara berkembang dengan pertumbuhan cepat, termasuk Malaysia, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab melihat permintaan kuat untuk rencana dana pensiun syariah," ujar mitra Perbankan Syariah Global di Ernst & Young, Ashar Nazim seperti dikutip Gulf News, Selasa (12/11).
Kematangan pasar sukuk serta indeks saham syariah yang tak kalah dengan konvensional, membuka peluang proposisi dana pensiun syariah.
Menurut Nazim, pendekatan yang lebih praktis akan memudahkan transformasi parsial dana pensiun konvensional ke syariah. "Tapi itu melibatkan penilaian aset dana pensiun yang dapat menyebabkan implikasi hukum, keuangan dan pajak," ucapnya.
Nazim mengatakan, ada preferensi oleh individu untuk mengelola urusan keuangan mereka dengan cara sesuai syariah, terutama dalam manajemen kekayaan dan dana pensiun. Kondisi ini akan mendorong dana pensiun publik untuk menawarkan alternatif syariah compliant.
"Permintaan yang muncul untuk dana pensiun syariah menawarkan peluang signifikan bagi lembaga keuangan untuk mendiversifikasi produk dan memperkuat pendapatan upah yang pada gilirannya akan membantu meningkatkan profitabilitas," kata Nazim.
Dorongan regulasi menjadi penting untuk mensukseskan dana pensiun syariah. Negara-negara yang mampu bergerak cepat cenderung memperkuat kepemimpinan mereka dalam keuangan syariah global.