REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Polisi Mesir menembakkan gas air mata ke arah para pengunjuk rasa yang melempari batu-batu di Lapangan Tahrir Kairo pada Selasa sementara ratusan orang berkumpul untuk menyambut ulang tahun kedua protes antimiliter yang mematikan.
Bentrokan-bentrokan pecah dekat markas Liga Arab di satu sisi lapangan itu dengan para pengunjuk rasa meneriakkan kata-kata menentang presiden terguling Mohammad Moursi dan militer yang menggulingkkannya pada Juli lalu.
Negara itu telah terbelah begitu dalam antara para pendukung Moursi dan mereka yang menyokong militer. Tetapi para pengunjuk rasa Selasa menuding kedua pihak telah mengkhianati cita-cita revolusi 2011 yang menggulingkan Presiden Hosnu Mubarak.
Mereka menyambut ulang tahun itu dengan protes selama sepekan pada 2011 terhadap junta militer yang mengambil alih kekuasaan antara penggulingan Mubarak dan pemilihan Moursi pada Juni 2012.
Sedikitnya 43 orang meninggal dan lebih dari 3.000 orang cedera dalam bentrokan-bentrokan antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan yang mulai terjadi 19 November 2011, hanya sembilan bulan setelah Mubarak dilengserkan.
Junta militer menyerahkan kekuasaan pada 2012 kepada Moursi, seorang pemimpin Ikhwanul Muslimin yang menang dalam pemilihan pertama dan bebas di Mesir.
Tetapi setahun kemudian tentara menggulingkannya menyusul demonstrasi massal terhadap pemerintahan yang bertahan selama setahun itu, dan mengangkat satu pemerintahan sementara menjelang pemilihan yang dijadwalkan tahun depan.
Pada Senin malam, para pengunjuk rasa mengotori satu monumen yang yang baru diresmikan untuk mengenang mereka yang meninggal dalam protes-protes massal. Protes-protes itu membantu mendongkel dua presiden kurang dari tiga tahun.
Ratusan orang yang menentang tentara berkumpul di Lapangan tahrir pada Senin malam setelah Perdana Menteri Hazem al-Beblawi meresmikan monumen itu.
Pada Selasa, monumen terbuat dari batu dan belum rampung itu telah dikotori dan dicoret-coret dengan grafiti antimiliter dan satu peti mati simbolik ditempatkan di atasnya.
"Merayakan dengan pujian bagi tentara adalah provokasi. Kami di sini hari ini berkabung untuk mengenang para syuhada," kata Magda al-Masrya (50), ketika ia ikut serta dalam protes menentang tentara pada Selasa.
Pemerotes lainnya, Reni Rafat berkata,"Apa yang kami perlukan ialah pengadilan terhadap mereka yang bertanggung jawab (atas kematian pada November 2011) dan bukan perayaan."