REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keberadaan Sinematek Indonesia sebagai lembaga nirlaba di bidang data dan dokumentasi serta perawatan aset film nasional masih jauh dari kata sempurna.
Tidak hanya masalah pendanaan, ilmu dan teknologi perawatan film yang dimiliki Sinematek Indonesia masih kalah dengan negara di dunia atau bahkan Asia.
Namun beruntung, Sinematek masih mendapat perhatian dari berbagai pihak yang peduli dengan pentingnya pengarsipan film nasional. Perhatian tersebut diantaranya diberikan lembaga asing. Seperti yang diberikan Institut Prancis di Indonesia (IFI), lembaga yang berada di bawah Kedutaan Besar Prancis di Indonesia.
IFI memberi kesempatan pada Sinematek untuk mengikuti pelatihan di sekolah sinema L'Ecole Nationale Superiure Louis-Lumiere di Paris, Prancis, pada 2 hingga 13 Desember mendatang. Pelatihan yang diberikan adalah di bidang preservasi dan restorasi film.
"Tentunya kita memberi apresiasi IFI memberi kesempatan dan peluang pada kita untuk memahami tentang pengarsipan film," ujar Adisurya Abdi Kepala Sinematek Indonesia dalam jumpa pers di Sinematek, Gedung PPHUI, Kuningan, Jakarta, Jumat (22/11) siang.
Pria yang baru tujuh bulan menjabat Kepala Sinematek ini mengatakan, pihaknya akan mendapat training soal restorasi film juga training pengaplikasian film dalam media gadget .
"Apa yang ditawarkan Prancis itu semuanya gratis. Nantinya film-film Sinematek dapat dioptimalkan melalui gadget," ujar Adi.
Selain Sinematek, IFI juga mengirim dua pemenang di ajang Festival Sinema Prancis 2013. Dua pemenang tersebut akan mendapat pelatihan tentang film pendek dan penulisan skenario.
"IFI ingin bekerjasama untuk memajukan film Indonesia dengan mengirimkan bibit muda Indonesia dan mendapat pelatihan disana (Prancis)," ujar Flora Stienne Penanggung Jawab CampusFrance Indonesia di kesempatan yang sama.
Flora juga berharap kerjasama ini menjadi tonggak pentingnya restorasi film-film di Indonesia dan kerjasama budaya antara Prancis dan Indonesia.