REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, M Nuh, mengatakan optimistis jika para siswa SD pasti bisa lulus. Kalau misalnya pada ujian pertama tidak lulus, lalu mengikuti remedi atau perbaikan, pasti pada remedi berikutnya akan lulus, Selasa, (10/12).
"Kalau ujian pertama tidak lulus, siswa SD harus mengikuti remedi. Seharusnya sebelum 10 kali remedi, siswa pasti bisa lulus, masak tidak lulus," kata Nuh.
Dalam ujian itu, ujar Nuh, ada beberapa kali remedi bagi siswa yang belum lulus. Misalnya ada siswa yang lulus pada remedi pertama dengan nilai tujuh, lalu ada juga siswa yang lulus pada remedi kedua dengan nilai tujuh. "Jadi para siswa ini lulus, meskipun berbeda kualitasnya. Ada yang sekali ujian langsung lulus, ada yang beberapa kali remedi baru lulus," kata Nuh.
Ini, terang Nuh, bukan masalah mewajibkan siswa SD naik kelas atau tidak. Namun ia yakin kalau remedi bisa membuat siswa lulus, karena siswa pasti belajar lebih giat agar segera lulus dalam remedi. Sekarang, ujar Nuh, Ujian Nasional (UN) untuk SD ditiadakan sehingga muncul kesan tidak ada ujian akhir. "Saya tegaskan istilah UN memang tidak ada namun sudah diganti dengan ujian sekolah yang dilakukan oleh provinsi masing-masing," ujarnya.
Pemerintah pusat, kata Nuh, hanya mempunyai kewajiban untuk memberikan kisi-kisi soal dan mengirim sekitar 20 persen soal sebagai jangkar ke provinsi. Hal itu dilakukan sebagai standardisasi.
"Kalau soal-soal ujian sepenuhnya diserahkan kepada provinsi nanti tidak ada standarisasi. Kisi-kisi soal itu untuk mengetahui kemampuan para siswa SD, misalnya SD di wilayah mana yang kompetensinya bagus di mata pelajaran tertentu, atau SD mana yang lemah pada mata pelajaran tertentu," ujar Nuh.
Dengan adanya standar, lanjut Nuh, maka masing-masing SD bisa dievaluasi kelemahan dan kelebihannya. Ini perlu dilakukan untuk melakukan perbaikan.