REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kantor Bea Cukai Bandara Soekarno - Hatta, Tangerang, Banten, melakukan peningkatan pengawasan terkait modus baru penyelundupan narkotika yang saat ini mulai digunakan oleh sindikat pelaku kejahatan internasional tersebut.
"Modus baru yang digunakan yakni memanfaatkan warga Eropa sebagai kurir pembawa narkotika," kata Kepala Bea Cukai Bandara Soekarno - Hatta, Okto Irianto, di Tangerang, Jumat.
Selain itu, modus baru yang digunakan yakni dengan kurir pembawa narkotika melakukan perjalanan ke Timur Tengah seperti Abu Dhabi, Doha.
Dengan demikian, petugas yang melakukan pengamatan terhadap barang bawaan penumpang dan asal kedatangan, tidak terlalu mencurigainya.
Namun, alat dan cara yang dilakukan petugas dengan memeriksa dan mengamati sikap penumpang, berhasil mengungkap upaya penyelundupan.
Untuk tersangka warga negara Eropa yang telah ditangkap bea cukai Bandara Soekarno - Hatta berjumlah dua orang yang merupakan warga negara Jerman. "Biasanya, pelaku penyelundupan adalah warga negara RRC, Nigeria, Malaysia dan beberapa lainnya," katanya.
Okto menjelaskan, kasus penyelundupan narkotika tahun ini melalui Bandara Soekarno-Hatta mengalami peningkatan drastis. Sejak awal bulan Januari hingga tanggal 5 Desember, tercatat sebanyak 89 kasus upaya penyelundupan narkotika yang berhasil digagalkan.
Sedangkan pada tahun 2012, jumlah kasus penyelundupan narkotika yang berhasil digagalkan oleh Kantor Bea dan Cukai serta pihak Kepolisian hanya berjumlah 39 kasus.
Sementara itu, nilai estimasi barang bukti hasil penindakan narkotika dengan jumlah 89 kasus tersebut mencapai RP316.963.475.000.
Ia menjelaskan, dari 89 kasus penyelundupan yang berhasil digagalkan, terdiri dari berbagai jenis narkotika yang diamankan dengan rincian 414.585,5 tablet dan 133.115,8 gram.
Untuk tersangka, warga negara Indonesia (WNI) tercatat sebanyak 57 orang dan juga ada WNA dengan rincian asal Afsel dua orang, Cina 14 orang, Filipina empat orang, Nigeria empat orang, Cina Taipe tujuh orang, Amerika satu orang, Malaysia tujuh orang, India empat orang, Vietnam satu orang, Jerman dua orang dan Austria satu orang.