Selasa 17 Dec 2013 14:52 WIB

LIPI: Iklim Investasi Indonesia Belum Kondusif

Rep: Friska Yolandha/ Red: Nidia Zuraya
Investasi (ilustrasi)
Foto: Reuters/Leonhard Foeger
Investasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan iklim investasi di Indonesia masih belum kondusif. Kemudahan berbisnis di Indonesia masih kalah dari Afrika Selatan, Thailand, dan Vietnam.

"World Bank menempatkan Indonesia di posisi ke-128 setelah Thailand dan Vietnam," kata Peneliti LIPI Siwage Dharma Negara, Selasa (17/12). Hal ini berarti masih banyak kesulitan yang dihadapi investor untuk berinvestasi di Indonesia.

Kondisi ini tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan iklim investasi pada 2009. Pada saat krisis tersebut, Indonesia menempati urutan ke-129. Artinya selama empat tahun Indonesia hanya mampu naik satu peringkat dalam hal kemudahan berbisnis.

Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia meningkat pesat sejak 2008 karena didorong oleh sektor komoditas. Pada saat itu perusahaan asing berbondong-bondong menanamkan investasinya ke Indonesia untuk mendirikan perusahaan tambang mineral dan sawit.

Padahal PMA yang diharapkan adalah investasi nonkomoditas. PMA ini yang diharapkan pemerintah untuk menyeimbangkan defisit neraca perdagangan. "Indonesia saat ini memang sangat memerlukan PMA untuk menekan defisit," kata Siwage.

LIPI menilai PMA yang masuk sebaiknya didorong pada pemanfaatan sumber daya lokal. Investasi yang perlu didorong adalah produk olahan yang bernilai tinggi atau produk-produk yang posisinya di pasar tidak kelebihan ketersediaan.

Peneliti Ekonomi LIPI Ekonomi Maxensius Tri Sambodo mengatakan, pembangunan di Indonesia masih berbasis sumber daya alam. Pertumbuhan di sektor lain tidak secepat pertumbuhan di pertambangan. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan ekonomi nasional tidak inklusif. Sehingga, ini menciptakan kesenjangan di berbagai daerah.

"Pemimpin tahun depan harus menjunjung ekonomi yang inklusif," kata Maxensius. Ekonomi infklsif adalah ekonomi yang mengarah ke pengentasan kemiskinan. Meskipun pemerintah menyatakan adanya kenaikan masyarakat kelas menengah, masyarakat miskin pun ikut meningkat, terutama yang melakukan urbanisasi dari desa ke kota. Ekonomi yang inklusif akan meningkatkan pertumbuhan tidak hanya di satu sektor.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement