REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengimbau agar masyarakat lebih selektif dalam membeli daging. Banyak pihak yang mengambil keuntungan pribadi dengan memanfaatkan kondisi dimana harga daging tinggi.
"Saat permintaan daging tinggi, pelaku usaha yang nakal ikut bermunculan. Jadi sebaiknya pemerintah polisi lebih intensif melakukan pemantauan di pasar," ujar Ketua YLKI, Tulus Abadi saat dihubungi Republika, Ahad (29/12).
Baru-baru ini kembali ditemukan daging babi tanpa dokumen masuk ke Indonesia. Pengiriman ini terbanyak ditujukan ke Jakarta. Tulus mengatakan pemerintah sebaiknya siaga untuk memantau penjualan daging, terutama di pasar. Hal ini diperlukan agar jangan lagi terulang kasus dimana daging babi dioplos dengan daging sapi seperti yang pernah terjadi.
Ia mengatakan sulit bagi konsumen untuk mendeteksi daging, apakah itu daging babi atau lainnya. Untuk itu disarankan agar konsumen membeli daging hanya di tempat yang terjamin, seperti supermarket besar.
Konsumen juga sebaiknya jangan tergiur harga yang miring. Daging oplosan biasanya dijual dengan harga yang lebih murah.
"Daging oplosan masih mungkin beredar di pasar tradisional. Tapi kalau di supermarket besar, Carrefour misalnya, ini akan menjadi sesuatu yang luar biasa," katanya.