REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Angka kekerasan di Irak pada 2013 mencapai angka terburuk sejak 2008 lalu. Meningkatnya angka kekerasan tersebut dipicu oleh ketidakpuasan di kalangan minoritas Arab Sunni dan perang saudara di Suriah.
Dilansir dari kantor berita AFP, ledakan bom meledak di berbagai pasar, kafe, lapangan sepakbola, dan masjid. Tidak hanya itu, banyaknya militan yang menyerang penjara, kantor polisi, serta fasilitas pemerintah lainnnya.
Sementara itu, pasukan keamanan Irak telah melakukan operasi untuk memberantas militan dengan kekerasan. Dalam penangkapan tersebut, banyak korban berjatuhan.
Irak Body Count (IBC), LSM yang mencatat kekerasan di Irak, membandingkan tingkat kekerasan yang terjadi pada 2008. “Pada 2008, angka kekerasan menurun dari 2006 dan 2007,” katanya.
Namun, tambahnya, pada 2013 ini angka kekerasan justru meningkat. “Angka kematian meningkat hingga dua pertiga,” ungkapnya.
Berdasarkan data IBC, tercatat angka kematian warga sipil di Irak mencapai 9.475 pada 2013. Sedangkan pada 2008 mencapai 10.130.
Sementara, berdasarkan perhitungan pemerintah Irak, warga yang tewas dalam kekerasan pada 2013 mencapai 7.154, termasuk pasukan keamanan dan militan. Dan pada 2008, tercatat sebanyak 8.995 tewas.
PBB pun mencatat sebanyak 7.818 warga sipil dan kepolisian telah tewas pada 2013. Pada 2008 mencapai 6.787.