REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Ratusan warga korban banjir di wilayah Kecamatan Rawapitu, Kabupaten Tulangbawang, yang masih bertahan di tenda-tenda pengungsian pinggir jalan, minim bantuan pangan, Senin (20/1).
Warga terpaksa menjemur singkong untuk makanan sehari-hari, karena curah hujan mulai menurun.Para pengungsi yang rumahnya kebanjiran akibat air Sungai Tulangbawang saat curah hujan tinggi, terpaksa masih tinggal di tenda-tenda pengungsian, sudah dua pekan terakhir.
Meski air mulai surut, karena curah hujan berkurang, namun sebagian warga belum mau kembali ke rumahnya. Bantuan pangan dan obat-obat yang beberapa waktu lalu pernah dikirim Pemkab Tulangbawang dan kelompok masyarakat lainnya, namun stoknya terus berkurang, dan belum ada bantuan susulan.
Untuk memakan sehari-hari, warga tidak lagi makan nasi, tetapi terpaksa menjemur singkong yang tersisa lalu disantap bersama keluarga di pengungsian.
Menurut Yusuf, warga setempat saat dihubungi, Senin (20/1) dari Bandar Lampung, warga tidak ada pilihan lagi untuk makan tiga kali sehari di tenda pengungsian.
Pasalnya, bantuan pernah datang telah habis, namun tidak ada lagi bantuan ke tempat pengungsian. “Jadi, apa yang ada seperti singkong, dimakan biar bisa bertahan,” kata dia.
Banjir ini sudah melanda wilayah Kecamatan Rawapitu, Tulangbawang sejak awal Januari lalu. Sedikitnya banjir merendam 2.059 rumah di lima kampung di Kecamatan Rawapitu.
Banjir terparah dalam beberapa dekade ini mengakibatkan 7.369 jiwa harus mengungsi. Para pengungsi yang mendirikan tenda di atas tanggul itu kini butuh bantuan pangan dan kesehatan.
Warga masih berusaha menimbun tanggul-tanggul sungai yang jebol dengan karung-karung berisi tanah, agar air tidak meluap ke pemukiman warga.
Kampung-kampung yang terendam saat ini berada di Kampung Panggung Mulyo, Kampung Andalas Cermin, Kampung Dutayoso Mulyo, Kampung Bumisari, dan Kampung Gedungjaya.