Rabu 29 Jan 2014 20:29 WIB

Perundingan Buntu Suriah Dibawa ke Jenewa

Konferensi ‘Sahabat-Sahabat Suriah’
Foto: VOA
Konferensi ‘Sahabat-Sahabat Suriah’

JAKARTA--Perundingan dua pihak bertikai Suriah pada Rabu di Jenewa memasuki hari kelima, diwarnai dengan ketiadaan kemajuan soal peralihan kekuasaan atau penyediaan jalan bagi bantuan kemanusiaan, yang sedang sangat dibutuhkan.

Perutusan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad dan oposisi Koalisi Nasional duduk bersama sejak pukul 11.00 waktu setempat (17.00 WIB), kata Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kedua pihak tak berhasil --bahkan-- untuk memulai pembahasan masalah politik, apalagi masalah inti, yaitu membentuk lembaga pemerintahan peralihan.

Kekecewaan muncul soal kegagalan mereka mencapai langkah-langkah kemanusiaan, terutama bagi para warga yang terkepung di kota Homs, di mana mobil-mobil truk sedang menunggu dibukanya akses untuk menyalurkan bantuan makanan dan obat-obatan.

Pembicaraan hari Selasa menjadi berantakan setelah delegasi pemerintah Suriah mendesak para peserta perundingan untuk mengesahkan sebuah pernyataan yang mengutuk Washington karena mendukung "para teroris" di Suriah dengan membela kelompok-kelompok pemberontak.

Oposisi mengatakan pihaknya telah menyampaikan "visi"-nya menyangkut langkah ke depan, namun pemerintah menolak membahasnya.

Penengah Perserikatan Bangsa-Bangsa Lakhdar Brahimi mengatakan memutuskan membatalkan pertemuan Selasa sore dan mengumpulkan kembali pihak terkait untuk menghadiri "yang saya harapkan akan menjadi pertemuan lebih baik" pada Rabu pagi.

"Tidak ada pihak yang mundur, tidak ada pihak yang pergi," kata Brahimi kepada para wartawan pada Selasa.

"Kita belum mencapai terobosan apapun, tapi kita masih berupaya, dan sejauh ini menurut saya cukup bagus," katanya.

Seorang sumber dari delegasi oposisi mengatakan kepada AFP bahwa pemerintah Suriah telah diminta untuk mengatakan pada hari Rabu tentang bagaimana pandangan mereka terhadap komunike Jenewa, yaitu pernyataan soal pembentukan pemerintahan peralihan yang telah dikeluarkan setelah berlangsungnya pertemuan di antara negara-negara kuat di Jenewa pada tahun 2012.

"Brahimi kemarin sudah menjelaskan: delegasi pemerintah harus memberikan agenda dan pandangannya soal Jenewa I," kata sumber tersebut.

Kedua belah pihak telah dipertemukan dalam upaya diplomatik terbesar yang pernah dijalankan dalam upaya mengakhiri perang saudara di Suriah.

Perang itu telah menewaskan lebih dari 130.000 orang dan memaksa jutaan warga meninggalkan rumah-rumah mereka.

Kecil harapan bagi adanya terobosan, terutama setelah perundingan terbentur jalan buntu pada hari Senin, yaitu ketika kedua pihak gagal menyepakati prinsip-prinsip dasar soal pembicaraan politik.

Namun, di tengah rasa frutrasi mereka, kedua belah pihak menyatakan tekad tidak akan menjadi pihak yang pertama kali mundur dari perundingan. Perundingan itu sendiri diperkirakan akan berlangsung hingga Jumat.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement