REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) membuat kepengurusan di tingkat provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Majelis tersebut berjanji akan bekerja dengan konteks keistimewaan dan kemajemukan Yogya.
"MIUMI DIY akan berjuang mendakwahkan Islam dengan spirit intelektual dan keulamaan di Yogyakarta," ujar Ketua MIUMI DIY, Ridwan Hamidi dalam sambutannya di pengukuhan pengurus MIUMI DIY, Sabtu (8/2).
Sejarah keistimewaan Yogyakarta dinilai Ridwan tidak dapat dipisahkan dari kejayaan Islam dalam sejarah panjang Kasultanan Mataran dan peran sentral para ulama serta wali. Bukti historis menunjukkan kuatnya pengaruh Islam dan ulama, tidak hanya dalam kekuasaan tetapi juga dalam kemasyarakatan.
"Sangat keliru jika ada anggapan bahwa Islam menjadi masalah bagi kemajemukan Yogyakarta," ungkapnya.
Kota Yogyakarta dinilai istimewa bukan hanya karena menjadi saksi sejarah Islam. Yogyakarta juga dinilai menjadi saksi dari perjuangan ulama dan pejuang Islam.
Nilai-nilai dalam masyarakat di Yogya seperti 'tepo seliro' yang dijiwai oleh Islam dinilai bisa menjaga persatuan umat. MIUMI hadir dengan semangat untuk menciptakan persatuan tersebut.
"Persatuan hanya mungkin tercipta ketika intelektual dan para ulama umat bersatu hatinya dan saling memahami," ungkapnya.
MIUMI dikatakan hadir untuk menjawab tantangan zaman. Majelis tersebut didirikan berbagai unsur intelektual dan ulama muda. Tujuannya, mengokohkan akidah dan meningkatkan ilmu pengetahuan. Selain itu, MIUMI ingin turut membangun persatuan umat dan bangsa.
Perwakilan Polda D.I Yogyakarta, Zainal Arifin mengatakan MIUMI menjadi wajah baru di Yogyakarta yang dapat mendukung upaya persatuan. MIUMI akan mendukung fatwa ulama sebelumnya yang digerakkan oleh intelektual muda.
"MIUMI merupakan wajah baru di Yogyakarta yang bisa berkontribusi pada persatuan umat," ujarnya.
Saat ini bukan perbedaan pendapat yang menjadi kekhawatiran kepolisian. Akan tetapi, upaya yang memecah persatuan atau sempalan-sempalan dalam perbedaan pendapat telah muncul di masyarakat. "Sempalan itu yang dikhawatirkan memecah belah masyarakat," ujarnya.