Ahad 09 Feb 2014 16:48 WIB

Dicari: Pemimpin Amanah (3)

Rep: Yusuf Assidiq/ Red: Endah Hapsari
Jadi pemimpin yang dicintai rakyatnya/ilustrasi
Jadi pemimpin yang dicintai rakyatnya/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Sekretaris PP Pemuda Muhammadiyah, Abdurrahim Ghazali, agama Islam sebenarnya telah memiliki kriteria kepemimpinan yang sebelumnya pernah dijalankan oleh Nabi Muhammad. Empat kriteria tersebut adalah: shidiq (jujur), fathonah (cerdas dan berpengetahuan), amanah (dapat dipercaya dan diandalkan), dan tabligh (berkomunikasi dan komunikatif dengan bawahannya dan semua orang).

Pada masanya saat masih memimpin umat, Nabi senantiasa menjunjung tinggi sifat-sifat itu yang tercermin pada kebijakan dan tingkah laku sehari-hari, baik sebagai pemimpin agama maupun pemimpin masyarakat. Kepemimpinan Rasulullah dan khulafaur rasyidin hendaknya dijadikan teladan bagi semua pemimpin.

Abdurahim menambahkan, sejak masih duduk di bangku sekolah dasar, kita sudah ditanamkan tentang empat ciri kepemimpinan tadi."Namun begitu, sifat-sifat tersebut tidak bisa berdiri sendiri. Itu merupakan konsep yang akan implementatif jika berinteksi dengan realitas," tukasnya. Budaya masyarakat juga turut mempengaruhi pembentukan watak dan karakter seseorang yang terejawantahkan dalam gaya kepemimpinannya kelak.

Bisa saja kemudian sifat-sifat tadi dianggap tidak cocok dengan apa yang biasa berlaku di tengah masyarakat. Bila demikian, imbuhnya, dikhawatirkan kebenaran akan menjadi sesuatu yang absurd. Rakyat pun sulit membedakan mana yang hakiki dan palsu lantaran hal tersebut disampaikan oleh orang-orang yang pandai bersilat lidah. "Tapi kita tidak boleh kehilangan perspektif dan harus kembali kepada ajaran Islam."

Lebih jauh, Abdurrahim yang juga peneliti di Maarif Institute ini mengemukakan ada satu ungkapan bahwa seorang pemimpin yang lahir di suatu masyarakat merupakan cerminan dari masyarakat tersebut. Pemimpin adalah cermin dari masyarakat.

Jika dilihat dari kacamata proporsional, terang dia, maka dalam masyarakat yang pandai akan lahir pemimpin yang pandai. Begitu pun sebaliknya. "Nah, tugas kita ke depan adalah melepaskan belenggu yang selama ini menghambat kita melahirkan pemimpin-pemimpin yang memenuhi empat ciri tadi," tegas Abdurrahim lagi. Karena sulit dalam masyarakat yang belum cerdas lahir seorang pemimpin cerdas yang bisa membawa masyarakatnya keluar dari krisis berkepanjangan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement