REPUBLIKA.CO.ID, Sekretaris PP Pemuda Muhammadiyah, Abdurrahim Ghazali, agama Islam sebenarnya telah memiliki kriteria kepemimpinan yang sebelumnya pernah dijalankan oleh Nabi Muhammad. Empat kriteria tersebut adalah: shidiq (jujur), fathonah (cerdas dan berpengetahuan), amanah (dapat dipercaya dan diandalkan), dan tabligh (berkomunikasi dan komunikatif dengan bawahannya dan semua orang).
Pada masanya saat masih memimpin umat, Nabi senantiasa menjunjung tinggi sifat-sifat itu yang tercermin pada kebijakan dan tingkah laku sehari-hari, baik sebagai pemimpin agama maupun pemimpin masyarakat. Kepemimpinan Rasulullah dan khulafaur rasyidin hendaknya dijadikan teladan bagi semua pemimpin.
Abdurahim menambahkan, sejak masih duduk di bangku sekolah dasar, kita sudah ditanamkan tentang empat ciri kepemimpinan tadi."Namun begitu, sifat-sifat tersebut tidak bisa berdiri sendiri. Itu merupakan konsep yang akan implementatif jika berinteksi dengan realitas," tukasnya. Budaya masyarakat juga turut mempengaruhi pembentukan watak dan karakter seseorang yang terejawantahkan dalam gaya kepemimpinannya kelak.
Bisa saja kemudian sifat-sifat tadi dianggap tidak cocok dengan apa yang biasa berlaku di tengah masyarakat. Bila demikian, imbuhnya, dikhawatirkan kebenaran akan menjadi sesuatu yang absurd. Rakyat pun sulit membedakan mana yang hakiki dan palsu lantaran hal tersebut disampaikan oleh orang-orang yang pandai bersilat lidah. "Tapi kita tidak boleh kehilangan perspektif dan harus kembali kepada ajaran Islam."
Lebih jauh, Abdurrahim yang juga peneliti di Maarif Institute ini mengemukakan ada satu ungkapan bahwa seorang pemimpin yang lahir di suatu masyarakat merupakan cerminan dari masyarakat tersebut. Pemimpin adalah cermin dari masyarakat.
Jika dilihat dari kacamata proporsional, terang dia, maka dalam masyarakat yang pandai akan lahir pemimpin yang pandai. Begitu pun sebaliknya. "Nah, tugas kita ke depan adalah melepaskan belenggu yang selama ini menghambat kita melahirkan pemimpin-pemimpin yang memenuhi empat ciri tadi," tegas Abdurrahim lagi. Karena sulit dalam masyarakat yang belum cerdas lahir seorang pemimpin cerdas yang bisa membawa masyarakatnya keluar dari krisis berkepanjangan.