REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur (Jatim) menyatakan bahwa sedikitnya 214 sekolah yang terdiri dari berbagai jenjang pendidikan rusak akibat erupsi Gunung Kelud, Jatim.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jatim Harun mengakui letusan Gunung Kelud yang terjadi Kamis (13/2) lalu telah membuat sekolah-sekolah yang terdiri dari berbagai jenjang, mulai pendidikan anak usia dini (PAUD), taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD) sederajat, sekolah menengah pertama (SMP) sederajat, sekolah menengah atas (SMK) sederajat mengalami kerusakan. Akibatnya sedikitnya 16.141 siswa terpaksa mengungsi karena sekolahnya tak bisa dipergunakan untuk kegiatan belajar mengajar (KBM).
“Berdasarkan pemutakhiran data tanggal 21 Februari 2014 lalu, sebanyak 214 sekolah berbagai jenjang mulai PAUD, TK,SD,SMP, dan SMA rusak. Perkiraan kerugian ditaksir mencapai Rp 15.710.337.000,” katanya kepada Republika di kantornya, Jumat (7/3).
Semua perkiraan nominal kerusakan maupun jumlah sekolah yang rusak telah dilaporkan dari bupati atau wali kota masing-masing daerah yang terkena erupsi Gunung Kelud, seperti Kabupaten Kediri, Kota Kediri, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Blitar ke Gubernur Jatim Soekarwo. Kemudian Soekarwo resmi menuliskan surat laporan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Indonesia.
“Alhamdulilah kerusakan sekolah tingkat SD sudah diverifikasi. Untuk verifikasi kerusakan sekolah tingkat SMP dan SMA ditargetkan selesai pekan ini supaya segera mendapat penanganan,” ujarnya.
Rencananya, kata Harun, tim Kemendikbud akan datang dan memberikan bantuan dana renovasi sekolah maupun beasiswa bantuan berupa seragam sekolah, sepatu, hingga tas sekolah untuk murid-murid yang jadi korban letusan Gunung Kelud. “Dana bantuan-bantuan itu berasal dari Kemendikbud,” ujarnya.
Tak hanya itu, kata Harun, pemerintah kabupaten maupun pemerintah kota di masing-masing lokasi korban erupsi telah menyiapkan kebijakan penanganan peserta didik ujian nasional (unas) tahun ajaran 2013/2014, namun sekolahnya hancur akibat terjangan abu vulkanik Gunung Kelud. Para siswa itu akan dipindah ke sekolah-sekolah lain yang bisa menampung untuk proses belajar mengajar maupun unas. Jika tak memungkinkan, para siswa itu bisa dipindah ke gedung pemerintah, gedung kecamatan, atau sekolah-sekolah yang dikelola swasta.