REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- "Kalau saya dapat Rp 25 ribu, saya tabung Rp 10 ribu. Kalau saya dapat Rp 35 ribu saya tabung Rp 15 ribu. Kalau saya dapet Rp 40 ribu, saya tabung Rp 20 ribu," kata Ely Mulyawati di Panti Sosial Bina Insan (PSBI) Bangun Daya 3, Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu (12/3).
Yang membedakan Ely dari 65 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lain yang terjaring razia Dinas Sosial DKI Jakarta, Selasa (11/3), di Gondangdia, Jakarta Pusat, adalah ketekunan. Dari penghasilan yang terbilang tidak banyak, Ely mengatakan mampu menyisihkan uang yang didapatkannya setiap hari.
Dia mengatakan, selain untuk makan, penghasilan yang didapatkannya juga untuk ditabung. Hasil dari uang yang dia tabung untuk membeli sebuah rumah kecil yang akan ditempatinya saat tua. Wanita yang mengaku sebatang kara, ingin menempati rumahnya kelak bersama dengan Vivi, seekor anjing kesayangannya.
Ely menjelaskan, selama ini mengumpulkan uang dengan cara mengumpulkan barang bekas. Kertas, kardus, botol, dan besi merupakan dagangannya yang nanti diserahkan kepada pengepul untuk ditimbang.
Ia pun mencampur uangnya dengan sampah dan plastik agar tidak diketahui atau dicurigai orang lain. Ia melakukan kamuflase tersebut terutama untuk menghindari pemalakan preman.
Kepala Panti Sosial Bina Insan (PSBI) Bangun Daya 3 Ahmad Dumyani menjelaskan, walau pun penampilannya berantakan dan terkadang tidak nyambung saat diajak bicara, tapi Ely cerdik dalam pengelolaan uang.
"Bayangkan saja, Ely memisahkan uang Rp 17 juta per Rp 100 ribu. Apa itu tidak pintar namanya,” kata Dumyani.
Setiap Rp 100 ribu digulung menggunakan gelang karet. Gulungan uang tersebut dicampur dengan sampah dalam kantong plastik.
Apalagi, kata Dumyani, kemungkinan besar setiap orang yang melihat tak akan berpikir kalau Ely membawa uang tunai hingga Rp 17 juta. Karena pakaian dan rambut kucal, serta wajahnya yang kotor.
Pekerja Sosial PSBI Dwi Ratih menambahkan, Ely memang cukup pandai menabung. Namun dalam aspek kemasyarakatan Ely harus dibimbing. Kata Dwi, cara bermasyarakat dan berbaur Ely menjadi konsentrasi pemantauan dia terhadap Ely selama di PSBI.
"Dia memang pintar dalam urusan ngumpulin uang, tapi dia juga akan dibimbing untuk menjadi bagian dari masyarakat," kata Dwi.
Menurut Dwi, Ely mempunyai kecenderungan mengatakan sesuatu yang berlawanan dengan kalimatnya sendiri. Seperti saat masuk panti tahun lalu, Ely mengaku bernama Ety. Ia juga mengaku pernah mempunyai dua anak saat ini.
"Terlepas dari semua kekurangannya secara sosial dan psikis, untuk menejemen uang, Ely memang cerdas," ujar Dwi.