REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertahanan Indonesia dan Australia direncanakan bertemu di sela-sela acara Jakarta International Defence Dialogue keempat di Jakarta Convention Center pada 19-20 Maret 2014.
"Tanggal 18 Maret 2014 tim (delegasi) Australia akan datang ke Indonesia dan dijadwalkan ada pertemuan (Menhan Indonesia-Australia)," kata Ketua Pengarah Steering Committee JIDD Marsekal Madya (Purn) Eris Herryanto dalam keterangan pers di Jakarta, Senin (17/3).
Eris tidak merinci jadwal pertemuan tersebut dan materi apa yang akan dibicarakan. Dia mengatakan beberapa negara yang hadir dala JIDD keempat juga meminta pertemuan bilateral dengan Menhan Indonesia, antara lain Belanda dan Papua Nugini.
"Misalnya Belanda dan Papua Nugini minta dialokasikan pertemuan bilateral," ujarnya.
Staf ahli Menteri Pertahanan bidang kerja sama luar negeri Soemadi Brotodiningrat mengatakan ada beberapa masalah yang dibahas dalam JIDD seperti terorisme, kemanusiaan dan modernisasi sistem pertahanan-keamanan.
Dia menegaskan masalah penyelundupan manusia merupakan salah satu isu yang juga akan dibahas dalam JIDD 2014. "Masalah penyelundupan satu dari berbagai masalah yang dibahas (di JIDD)," ujarnya.
Sebelumnya Eris menjelaskan JIDD ke-4 akan membicarakan kerja sama keamanan maritim bersama 50 delegasi dari berbagai negara. "Tema Membangun Kolaborasi Maritim untuk Stabilitas dan Keamanan diambil karena mengemuka yang dihadapi negara-negara di Asia-Pasifik," kata Eris.
Dia menjelaskan JIDD ke-empat 2014 itu diharapkan dapat menarik dialog dan memberi kontribusi dalam topik maritim. Selain itu, menurut dia, JIDD merupakan kegiatan Kemhan dalam rangka memperingati ulang tahun Universitas Pertahanan dengan mengundang beberapa delegasi negara sahabat.
"JIDD 2014 mengundang 51 delegasi negara-negara dan 47 sudah mengonfirmasi akan datang," ujarnya.
Dia menjelaskan pejabat dan delegasi luar negeri yang akan hadir yaitu lima Menteri Pertahanan yakni dari Australia, Banglades, Belanda, Papua Nugini, dan Republik Timor Leste.
Selain itu ada empat panglima angkatan bersenjata yakni dari Australia, Papua Nugini, Sri Langka, Timor Leste, dan 44 delegasi.