Ahad 23 Mar 2014 22:09 WIB

Spanyol Kisruh

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Mansyur Faqih
Perdana Menteri Spanyol, Mariano Rajoy (tengah), memegang replika jersey timnas Spanyol atas nama dirinya saat mengujungi pemusatan pelatihan timnas di Las Rozas, Madrid, pada Jumat (1/6).
Foto: Reuters/Sergio Perez
Perdana Menteri Spanyol, Mariano Rajoy (tengah), memegang replika jersey timnas Spanyol atas nama dirinya saat mengujungi pemusatan pelatihan timnas di Las Rozas, Madrid, pada Jumat (1/6).

REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Aksi unjuk rasa ribuan warga Spanyol di ibu kota Madrid, Sabtu, berakhir bentrok dengan aparat kepolisian. Dilansir dari Reuters, para demonstran itu berunjuk rasa menentang kebijakan pemerintah dan kemiskinan.

Para pengunjuk rasa terdiri dari serikat buruh, PNS, dan organisasi yang mewakili warga yang diusir dari rumah mereka karena tak mampu membayar. Mereka pun mulai melemparkan batu dan botol ke arah aparat dan berusaha untuk menerobos pertahanan kepolisian menuju ke pusat pemerintahan Partai Popular. 

Polisi pun membalasnya dengan menembakkan peluru karet serta memukul mereka menggunakan tongkat untuk membubarkan para demonstran. Akibatnya, satu buah kendaraan kepolisian dan sebuah bank dirusak oleh para pengunjuk rasa. 

Perwakilan dari pemerintah pusat, Cristina Cifuentes mengatakan, 19 orang pengunjuk rasa telah ditahan dan sedikitnya 50 anggota kepolisian terluka dalam bentrokan ini. Aksi unjuk rasa yang disebut sebagai aksi Dignity Marches ini melibatkan ratusan ribu orang menuju ibu kota. 

Dilansir dari AP, kepolisian mengatakan dalam pernyataannya sebanyak enam petugas terluka dan 12 orang telah ditahan. Mereka berdemonstrasi di penjuru Spanyol yang dipicu oleh lebih dari 160 penyebab. Seperti lapangan pekerjaan, perumahan, kesehatan, pendidikan, dan kemiskinan.

Selain itu, banyak banner yang dipasang untuk mendesak pemerintah yang konservatif agar tidak membayar hutang internasional. Serta untuk mengatasi tingginya pengangguran di Spanyol yang lebih dari 26 persen. 

OECD, organisasi kerja sama dan pembangunan ekonomi mengatakan, krisis ekonomi yang telah melanda Spanyol semakin membuat miskin negara tersebut. "Saya di sini untuk memperjuangkan masa depan anak-anak saya," kata Michael Nadeau, seorang pengusaha berusia 44 tahun. 

"Bagi mereka yang berada dalam kekuasaan, kami hanya sebuah angka. Mereka lebih menghargai uang dari pada manusia," tambahnya. 

"Saya disini karena saya muak dengan sistem yang mereka sebut demokrasi... Saya ingin perubahan," teriak demonstran lainnya, Jose Luis Arteaga (58), seorang guru yang gajinya turut dipotong sebesar 20 persen.

Para pengunjuk rasa pun mengatakan pemerintahan Perdana Menteri Mariano Rajoy telah merusak sistem pendidikan dan kesehatan masyarakat. Serta menyebabkan angka pengangguran dan hutang yang tinggi. 

Kebutuhan perumahan di Spanyol semakin meningkat sejak lebih dari lima tahun yang lalu. Akibatnya, perekonomian Spanyol pun mulai jatuh dan bank-bank di Spanyol pun terpaksa bailout dengan dana sekitar 41 miliar euro. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement