REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -– Puluhan jenis kesenian daerah khas Cirebon kini diambang kepunahan. Hal itu menyusul maraknya budaya pop di tengah masyarakat yang mampu menggusur kesenian daerah tersebut.
"Dulu kesenian khas Cirebon diminati banyak orang, baik lokal maupun mancanegara. Tapi sekarang nyaris punah, bahkan ada yang sudah punah,’’ ujar Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Cirebon, Asdullah, Senin (24/3).
Asdullah menyebutkan, dari 40 kesenian khas Cirebon, 28 kesenian di antaranya nyaris punah. Yakni, enam jenis dari kelompok karawitan, satu dari seni teater, empat dari pedalangan dan satu dari musik. Selain itu, lima dari seni tari, dua dari seni sastra, satu dari seni rupa, dan delapan jenis dari seni pertunjukan rakyat.
Selain itu, lanjut Asdullah, ada dua jenis kesenian yang kini telah punah. Keduanya adalah Tunil yang rmasuk kelompok seni teater serta Wayang Catur dari kelompok pedalangan.
Menurut Asdullah, kondisi tersebut disebabkan maraknya budaya pop di tengah masyarakat, seperti misalnya organ tunggal. Saat ini, masyarakat lebih banyak yang menyewa pementasan organ tunggal dibandingkan kesenian daerah.
"Kami berharap masyarakat terus mencintai kesenian khas Cirebon. Kesenian tradisional mengandung nilai-nilai kearifan lokal,’’ tutur Asdullah.
Kepala Seksi Kesenian Bidang Kebudayaan Disbudparpora, Uuk Sukarna, menambahkan, saat ini ada sepuluh kesenian khas Cirebon yang masih berkembang. Yakni wayang kulit purwa, tari topeng Cirebon, lukis kaca, sungging wayang kulit, ukir kedok, pahat ukir batu (prasasti), tekes, batik Trusmi, kaligrafi, dan burok.