Jumat 28 Mar 2014 14:46 WIB

Ziryab, Mantan Budak yang Mengubah Eropa (3)

   Ziryab dan alat musiknya (ilustrasi).
Foto: Archive.thedailystar.ne
Ziryab dan alat musiknya (ilustrasi).

Oleh: Ani Nursalikah      

Selain dunia kuliner, Ziryab juga memberi perhatian khusus pada perawatan diri dan dunia fashion. Pasta gigi pertama di Eropa adalah hasil karyanya walaupun tidak jelas apa komposisinya.

Ia memopulerkan bercukur bagi laki-laki dan menciptakan tren rambut terbaru. Bangsawan dan raja mencuci pakaian dengan air mawar.

Untuk meningkatkan kebersihan pakaian, Ziryab memperkenalkan penggunaan garam. Khusus untuk perempuan, ia membuka salon kecantikan atau sekolah kosmetik yang terletak tidak jauh dari istana emir di Alcazar.

Ziryab menjadi selebritas. Orang-orang dengan mudahnya mendapat status terhormat hanya dengan mengikuti sarannya. Kalendar fashion berdasarkan musim, seperti yang kita kenal saat ini, diperkenalkan Ziryab.

Saat musim semi, laki-laki dan perempuan memakai warna-warna cerah di tunik, kemeja, blus, dan gaun mereka. Saat musim panas, warna putih menjadi andalan. Ketika musim dingin, ia merekomendasikan pemakaian jubah panjang yang dilapisi bulu.

Mendekati milenium pertama, para pelajar dari Prancis, Inggris, dan seluruh Eropa datang ke Cordoba untuk mempelajari sains, obat-obatan, dan filsafat. Perpustakaan Cordoba dengan koleksi 600 ribu buku menjadi pusat belajar.

Saat kembali ke negara masing-masing, mereka bukan hanya membawa pengetahuan, melainkan juga seni, musik, kuliner, fashion, dan tata cara. Eropa dibanjiri dengan gagasan dan tradisi baru. Salah satu dari sekian banyak temuan itu diprakarsai oleh Ziryab.

Musisi pencipta nuba

Nama asli Ziryab adalah  Abu al-Hasan Ali ibn Nafi’. Ia lahir pada 789 di Irak, kemungkinan di Baghdad. Pada masa itu banyak musisi terkemuka yang mantan budak. Beberapa dari mereka berasal dari Afrika, Eropa atau Timur Tengah, termasuk Kurdistan dan Persia.

Tidak jelas apakah Ziryab berasal dari Afrika, Persia, atau Kurdistan. Menurut Ibnu Hayyan, Ali Ibnu Nafi dijuluki “Blackbird” karena kulitnya yang sangat gelap, suaranya yang jelas dan berkarakter manis.

Blackbird belajar musik di bawah bimbingan penyanyi terkenal Ishaq al-Mawsili yang merupakan salah satu bapak musik Arab. Baghdad pada masa itu merupakan pusat budaya, seni, dan ilmu  pengetahuan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement