Rabu 02 Apr 2014 10:56 WIB

Ayo, Dokter Baru Jangan Takut ke Daerah Terpencil

Rep: Heri Purwata/ Red: Bilal Ramadhan
Pelantikan dan pengambilan sumpah dokter baru di Kampus UII
Foto: Dok Rep
Pelantikan dan pengambilan sumpah dokter baru di Kampus UII

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA-- Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) Yogyakarta, Isnatin Miladiyah mengimbau agar dokter baru jangan takut mengikuti program internsip  di daerah terpencil. Karena tahun 2015 akan diberlakukan ASEAN Economic Community sehingga jika tidak ada dokter baru yang mau bertugas di daerah terpencil, kemungkinan akan diisi dokter-dokter asing.

Isnatin mengemukakan hal itu pada pelantikan dan sumpah dokter periode XXIV FK UII di Kampus UII Terpadu Yogyakarta, Rabu (2/4). Ada sebanyak 30 dokter lulusan FK UII yang dilantik dan diambil sumpahnya. Hingga saat ini, FK UII telah menghasilkan 671 dokter yang telah tersebar di seluruh Indonesia.

Lebih lanjut, Isnatin Miladiyah menjelaskan dalam catatan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) bulan Maret 2014 ada 96 ribu dokter di Indonesia. Namun 80 ribu dokter berada di wilayah Indonesia Bagian Barat, sedang sisanya berada di wilayah Indonesia Bagian Timur.

"Kondisi ini menunjukkan masalah ketersediaan dokter masih timpang atau maldistribusi," kata Isnatin Miladiyah.

Bagi dokter baru, kata Isnatin, harus mengikuti program internsip sebelum menjadi dokter mandiri. Proses internsip merupakan proses pemahiran bagi dokter baru, karena para dokter baru ditempatkan di sebuah rumah sakit di seluruh Indonesia dan diberi kewenangan tertentu yang didampingi dokter pembimbing. 

"Program internsip ini dapat mengatasi masalah ketersediaan atau maldistribusi dokter, walaupun sifatnya sementara," kata Isnatin.

Menurut Isnatin, saat ini profesi tenaga kesehatan di Indonesia masih banyak menghadapi tantangan. Tahun 2011, berdasarkan data WHO, persalinan Indonesia baru 77 persen persalinan ditangani tenaga terampil. Sedangkan di Brunei Darusalam, Singapura, dan Thailand, seluruh persalinan atau 100 persen ditangani tenaga terampil.

 

Ketersediaan dokter di Indonesia juga masih minim bila dibandingkan dengan negara lain. Perbandingan dokter dan penduduk Indonesia adalah 0,29/1.000 atau setiap dokter melayani 3.500 warga. "Hal ini tidak mengherankan jika Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 17/1.000, Angka Kematian Ibu (AKI) 240/1.000 dan jumlah malnutrisi masih tinggi," kata isnatin.

Sedangkan di negara tetangga, kata Isnatin, jumlah dokter di Filipina sebesar 1,15/1.000 penduduk, Singapura 1,83/1.000 penduduk, Brunei 1,42/1.000 penduduk. "Satu hal yang menarik, Thailand dengan jumlah dokter hanya hanya 0,30/1.000 penduduk, tetapi berhasil mencapai AKB 9/1.000 dan AKI 44/1.000," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement