REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pemerintah Kabupaten Sleman melalui Badan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat, dan Pemberdayaan Perempuan akan menghidupkan kembali permainan anak tradisional dengan penyediaan lapangan bermain. Permainan tradisional tersebut dihidupkan kembali untuk mendukung Sleman menuju kabupaten layak anak.
Kepala Badan KB, Pemberdayaan Masyarakat, dan Pemberdayaan Perempuan Sleman, Nurul Hayah mengatakan permainan tradisional akan diangkat kembali karena memberi pelajaran gotong-royong, kebersamaan, dan tenggang rasa pada anak. "Sikap tenggang rasa itu paling utama dalam permainan tradisional karena anak tidak bermain sendiri," ungkapnya kepada Republika, Ahad (6/4).
Menghidupkan kembali permainan tradisional tersebut sebenarnya merupakan tuntutan anak yang tergabung dalam forum anak Sleman. Anak-anak meminta permainan yang meningkatkan kreativitas. Mereka juga menuntut dilengkapinya sarana taman bermain permainan tradisional.
Sarana taman bermain anak di Sleman diakui Nurul Hayah masih kurang. Salah satu taman bermain anak yang telah disiapkan Pemkab Sleman berada di Lapangan Denggung. "Kami tengah menginventaris lapangan bermain anak," ujar Nurul.
Selain sarana, Pemkab Sleman akan meminta setiap kecamatan membuat kegiatan yang memicu kreativitas untuk mengisi waktu luang anak. Salah satu kegiatan tersebut dapat diwadahi dalam sanggar tari. Nurul mengatakan pihaknya akan bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk menginventaris dan memfasilitasi sanggar tari.
Penyediaan fasilitas dan kegiatan bermain anak tersebut untuk memenuhi syarat Sleman sebagai kabupaten layak anak. Nurul mengatakan kabupaten harus mampu memenuhi hak anak pada pendidikan, pemanfaatan waktu luang, dan seni budaya.
Fasilitas tersebut tidak hanya sekolah formal, tetapi juga tempat yang mampu mewadahi bakat dan keterampilan anak. Saat ini, Sleman telah memiliki tiga desa yang dijadikan model sebagai desa ramah anak yakni Tridadi, Pendowoharjo, dan Triharjo.