REPUBLIKA.CO.ID, BANGUI -- Hari-hari sebelum terjadinya pembersihan Muslim di Republik Afrika Tengah (CAR), jembatan kayu di ujung jalan utama di Boda merupakan jalan masuk bagi warga untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Namun, sekarang jembatan itu seakan menjadi batas tipis antara hidup dan mati bagi ratusan Muslim di sana. Mereka hidup dikelilingi milisi Kristen.
"Kami hidup di penjara. Semuanya diblokir, tidak ada yang bisa masuk. Harga makanan sangat mahal. Hidup kami kritis," ujar Adou Kone, seperti dilansir Reuters, Sabtu (19/4).
Perebutan kekuasaan politik memicu bentrokan berdarah antara Muslim dan Kristen dan memaksa lebih dari satu juta Muslim meninggalkan rumah mereka. Jika Muslim mendekati jembatan kayu itu, mereka akan dibunuh. Padahal, dulu Muslim dan Kristen hidup harmonis.
"Kami bisa saja menunggu selama 10 tahun agar mereka pergi. Kami tidak bisa hidup bersama Muslim untuk waktu yang lama. Kami punya hak membunuh Muslim," kata Kepala pasukan antibalaka Kapten Dopani Firmin.
PBB melaporkan telah terjadi pembersihan Muslim di CAR. Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan izin bagi 12 ribu penjaga perdamaian PBB menuju ke CAR. Sebanyak 6.000 penjaga perdamaian dari Afrika dan 2.000 tentara Prancis dinilai gagal menjalankan misi perdamaian.