REPUBLIKA.CO.ID, PESHAWAR -- Sembilan orang, termasuk polisi, dilaporkan tewas dalam peristiwa ledakan bom dan serangan senjata yang terjadi di wilayah barat laut Pakistan, pada Selasa (22/4). Sementara, akibat dua peristiwa ledakan secara terpisah itu, puluhan korban lainnya mengalami luka-luka.
Kepolisian mengatakan, sejumlah peristiwa pergolakan beberapa saat ini terjadi di daerah barat laut Pakistan, hanya berselang satu pekan lalu, saat pasukan Taliban menolak memperpanjang gencatan senjata dengan pemerintah.
Dikutip dari Reuters, Selasa (22/4), tiga orang tewas dalam pemboman yang terjadi di wilayah Charsadda, provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan, Selasa pagi. Selain tiga tewas, dalam ledakan bom yang berlangsung di jam-jam sibuk itu, 33 korban lainnya, termasuk 12 orang polisi, terluka.
Sedangkan, enam orang tewas dalam peristiwa ledakan bom lainnya di hari yang sama. Kepolisian menjelaskan, dari enam yang tewas, lima di antaranya merupakan anggota polisi dan satunya sopir ambulans. Tiga orang lainnya pun dinyatakan terluka, saat pihak gerilyawan melepaskan tembakan.
Terkait dua peristiwa nahas itu, seorang polisi senior Shafiullah Khan mengatakan, bahwa orang tak dikenal telah menempelkan bom di sepeda motor. Motor itu pun diparkirkan dekat dengan markas kepolisian di Peshawar.
''Bom meledak ketika sebuah van polisi yang membawa 13 anggota polisi untuk bertugas, melintasi titik (lokasi bom) itu. Tiga orang tewas dan 33 lainnya luka-luka,'' kata Khan. ''Tampaknya van polisi itu memang menjadi sasaran serangan,'' jelas dia.
Sebelumnya, Rabu (16/4) kemarin, kelompok Taliban Pakistan, secara resmi mengakhiri gencatan senjata 40 hari. Gencatan senjata Taliban akhiri, menyusul adanya upaya pemerintah yang terus melakukan penangkapan terhadap anggota kelompok itu. Tak sedikit pula, anggota kelompok gerilyawan yang tewas.
Tahun lalu, dengan negosiasi damai, PM Nawaz Sharif pun pernah menjanjikan pengakhiran pertempuran dengan gerilyawan Taliban.