REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Perhubungan akan mengevaluasi kurikulum pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) setelah tewasnya taruna asal Medan Dimas Dikita Handoko.
Saat Konfrensi Pers di Gedung Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kemenhub, Jakarta Pusat, Santoso Edi Wibowo Kepala BPSDM Kemenub mengatakan setelah peristiwa yang sama tapi saat itu berada di lingkungan kampus pada 2008 pihaknya sudah meminimalisasi peluang terjadinya kekerasan di dalam kampus. “Dan peristiwa kemarin itu di luar lingkungan kampus. Artinya kekerasan di dalam kampus sudah ditekan,” terang Edi, Senin (28/4).
Edi juga menyatakan pihak BPSDM yang mengelola seluruh sekolah tinggi kedinasan di lingkungan Kemenhub akan mengevaluasi kurikulum bersama Ditjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di bidang pendidikan vokasi.
Namun, Edi membantah jika sekolah kedinasan akan serahkan ke Kemendikbud. Sebab, menurut dia sudah ada aturannya masing-masing. Kejadian harus diteliti secara seksama jangan mengambil tindakan yang gegabah, yang diperlukan saat ini adalah evaluasi. Dari Evaluasi tersebut, Edi berharap STIP maupun sekolah tinggi lainnya menghasilkan taruna yang menghayati menjadi pribadi yang beretika, dan beradab. Selama ini sistem pembinaan di kampus itu mencakup pembinaan mental-moral,kesamaptaan, psikologi dan rohani.
Di samping itu sistem pengasuhan taruna juga akan diubah. Yang sebelumnya pembinaan hanya dilakukan oleh tingkat II, kini akan melibatkan taruna paling senior yakni taruna tingkat IV. Sebab, taruna paling senior pastinya sudah jauh lebih dewasa, artinya mereka sudah mampu mengendalikan emosi serta bisa mengayomi juniornya, tingkat I.
Selain itu, pihak BPSDM juga akan membuka lebar-lebar kesempatan untuk konseling masalah psikologi, karena peluang stres yang dialami para taruna saat tinggal di asrama, cukup tinggi.
Menyusul peristiwa meninggal Dimas taruna tingkat I, kerana penganiayaan. STIP akan melakukan pengembangan pola pembinaan terutama untuk menumbuhkan kematangan diri. “Diantranya, Bertahan untuk tidak impulsif, pengendalian emosi, serta mampu merespon secara kalem dalam situasi frustasi,” terang Edi.
Sementara itu Rudiana Kepala STIP mengatakan Pascaperistiwa tersebut pihaknya berpendapat ada pola kekerasan yang dilakukan para taruna STIP. Yakni tindak kekerasan fisik yang dilakukan di luar kampus saat libur di akhir pekan.
Lanjut Rusdiana, untuk mempersempit terjadinya tindak kekerasan di luar kampus, seperti kejadian akhir pekan lalu. Dirinya mengajak masyarakat agar turut andil dalam pengawasan perilaku para taruna. “SDM kita di STIP cuma 24 orang, dan itu yang harus mengawasi sekitar 1600 taruna, di dalam kampus,” ucap Rusdiana.