Selasa 29 Apr 2014 14:46 WIB

Cerita Mantan Kepala BIN Saat Diperiksa KPK

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Hendropriyono
Foto: Antara/Regina Safri
Hendropriyono

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) Hendropriyono  menyampaikan hasil pemeriksaannya oleh Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Tidak ada yang istimewa dari pernyataan Hendropriyono setelah diperiksa KPK kurang lebih tiga jam. 

Dalam pemeriksaannya, dirinya hanya menceritakan masalah pendistribusian buku jenis kamus untuk dibagikan ke setiap pesantren di seluruh Indonesia. Kamus itu dibagikan karena pada saat dia menjabat sebagai Kepala BIN banyak teror bom.

"Waktu itu terorisme marak. Jadi ada orang jual buku, jual kamus. Kamus  bahasa Arab, bahasa Inggris dan bahasa Indonesia sekaligus. Tawarin kepada kita," kata Hendropriyono setelah diperiksa, Selasa (29/4).

Menurut dia tawaran kamus-kamus itu bagus dan selanjutnya akan dibagikan ke pesantran-pesantren."Dan saya beli kamus bahasa Arab, Inggris dan Indonesia untuk dibagikan ke pesantren-pesantren," ujarnya.

Dia mengingatkan jika nanti dibagikan kamus-kamus itu jangan sampai dijual belikan. Karena takut dijual belikan, akhrinya pada awal pembagian kamus itu, kata Hendropriyono, dirinya sendiri bersam stafnya yang membagikan ke pesantren-pesantren. "Jumlahnya ribuan, 1000 lebihlah, saya lupa jumlahnya," katanya.

Lalu Hendropriyono ditanya wartawan siap yang awal mulanya menawarkan kamus itu untuk dibeli? "Yang nawarin Pak Attabik Ali (mertua Anas Urbaningrum)," katanya.

Namun untuk pembagian selanjutnya apakah dijual belikan, Hendropriyono mengaku tidak tahu, tapi yang jelas kata dia, pembagian kamus yang ada foto dirinya itu sudah 10 tahun yang lalu dibagikan dan mewanti-wanti kamus itu tidak boleh dijual belikan. 

Untuk masalah harga, kata Hendropriyono, pihaknya tidak keberatan. Karena kata dia nilai satu kamus itu dihargai Rp 100 ribu. Namun untuk nilai harga seluruhnya pembelian kamus itu, Hendropriyono mengaku lupa karena pembagian itu sudah 10 tahun yang lalu.

"Saya tidak ingat nilainya itu harga wajarlah. Saya tentu menawar harganya murah, supaya bisa dicetak, bisa dibagikan kepesantren-pesantren. Kalau enggak salah kurang lebih 100 ribu satu buku. Satu paket empat buku," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement