Jumat 09 May 2014 23:24 WIB

Pasar Kosambi Bandung Tak Terawat

Rep: c61/ Red: Bilal Ramadhan
Suasana sebuah pasar tradisional di Bali
Foto: Antara
Suasana sebuah pasar tradisional di Bali

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG– Kumuh serta jorok adalah kesan yang melekat pada pasar tradisional. Pasar tradisional Kosambi Bandung misalnya, semakin ditinggalkan konsumen yang beralih ke pasar modern yang lebih bersih dan nyaman. Sehingga sebagian besar kios dalam pasar tidak berpenghuni.

Pasar yang terletak di Jalan Jendral  Ahmad Yani, mempunyai lima lantai serta satu basement. Namun, hanya tiga lantai yang dihuni oleh pedagang, sehingga memberikan kesan tidak terawat. “Saya harap, pemerintah memperhatikan lebih kepada pasar tradisional, ini kan pasarnya orang kecil,” ujar Sumarnih (46 tahun) warga asal solo.

Sumarnih menyatakan, pasar kosambi sudah seharusnya dinormalkan lagi. Banyak fasilitas pasar yang sudah tidak berfungsi, seperti lift, dan eksekalator. Bahkan menurut Seumarnih, di koridor belakang pasar, tercium bau pesing yang menyengat, hingga radius lima meter. Bau tersebut berasal dari basement pasar bagian belakang yang tidak berfungsi.

Sebenarnya Sumarnih lebih memilih berbelanja ke Supermarket ketimbang Pasar Kosambi. Namun, karena jaraknya yang lebih dekat  serta bukan hari libur, maka ia terpaksa belanja ke Pasar tersebut. Hal yang sama juga diungkapkan oleh, Yayah Siti Rokayah (23), setiap berbelanja dirinya selalu was-was.

Lantaran banyaknya kios pasar yang tutup, terutama di lantai satu dan dua. Kendati dirinya belum pernah mengalami hal yang tidak diinginkan. “Apalagi kalau sudah sore, saya takut ada copet atau apa gitu,” keluh Yayah.

Yayah mengkritisi pengelola pasar yang dinilainya tidak ada tindakan terkait sepinya pasar. Menurut Yayah seharusnya, pihak pengelola mempromosikan kepada UKM agar menempati kios yang kosong. Sehingga tidak terbengkalai seperti ini, kalau perlu digratiskan sewa kiosnya, kata Yayah.

Keluhan terkait terbengkalainya Pasar Kosambi juga, diutarakan oleh pedagang pasar. Sudah hampir satu tahun omzetnya menurun. Sebab pengunjung yang datang per harinya tidak lebih dari 20 orang. Di samping kondisi pasar yang memperhatikan, juga banyak penjual kaki lima di luar pasar menjual barang yang sama.

“Kalau pembeli sudah melihat barang yang ada di (PKL), mereka enggan masuk ke pasar," sesal pedagang yang tidak ingin disebutkan namanya.

Di samping itu, ia juga harus tetap membayar iuran pasar walaupun tidak besar. Dengan kondisi seperti ini, dirinya pesimis bisa bertahan lebih lama di Pasar Tradisional Kosambi. Warga asli Bandung ini mengaku sempat ingin berhenti berjualan di Pasar Tradisional.

Sementara Mansyur pengelola PD. Pasar Kosambi, tidak ada ditempat, menurut salah satu petugas, kepala pengelola pasar sedang berobat. Kantor sekretariat PD Pasar Kosambi berada di belakang pasar.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement