REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Pemberontak pendukung Rusia di dua wilayah di Ukraina timur tetap akan menggelar referendum. Langkah ini sebelumnya telah dikecam oleh Kiev dan negara-negara Barat.
Dilansir dari BBC, referendum di Donetsk dan Luhansk tetap akan dilaksanakan meskipun Presiden Rusia Vladimir Putin mendesak untuk menundanya. Penyelenggara referendum mengatakan kebanyakan tempat pemungutan suara telah dikuasai oleh para pendukung Rusia dan siap digunakan.
Jutaan surat suara pun telah disiapkan. Surat suara tersebut berisi pertanyaan: 'Apakah Anda mendukung langkah pembentukan pemerintahan sendiri Republik Rakyat Donetsk/ Republik Rakyat Luhansk?'Selain itu, para penyelenggara juga mengatakan akan menggelar referendum putaran kedua dalam bulan ini yang menyebutkan akan bergabung dengan Rusia.
Mereka pun mengancam akan memboikot pemilu presiden pada 25 Mei mendatang. Sementara, Ukraina mengatakan referendum tersebut dapat membuat wilayah tersebut hancur.
Presiden sementara Ukraina Olexandr Turchynov mengakui kebanyakan penduduk di Ukraina timur mendukung aksi militan pro-Rusia. "Siapa saja yang melakukan pemisahan diri, tidak memahami bahwa langkah ini akan membuat perekonomian dan program sosial untuk masyarakat benar-benar jatuh," katanya.
Uni Eropa dan Amerika Serikat juga telah mengecam langkah tersebut dan mengkhawatirkan akan terjadi perang saudara.