Nasib kasidah rebana lebih baik
Nasib yang lebih baik dialami oleh musik kasidah rebana karena corak kearabannya lebih kental.
Pada dasarnya, tema yang diusung dalam kasidah gambus dan kasidah rebana tidah jauh berbeda. Yaitu, seputar dakwah Islam; menyampaikan pesan agama, kisah para nabi, serta menyerukan semangat pembangunan bangsa dan negara.
Di sinilah letak kekuatan kasidah rebana. Di satu sisi, syair-syair yang disampaikan melintasi batas ruang dan waktu, bersifat universal, atau tidak cepat basi.
Di sisi lain, warna musiknya kental dengan warna musik Arab sehingga dinilai lebih Islami daripada musik gambus. Menurut Hj Jalidar Abdul Rahim, lagu-lagu kasidah yang banyak beredar di dunia Melayu saat ini umumnya beraliran Arab Iraqi, Hijazi, dan Misri.
Musik kasidah dikenal juga dengan istilah nasyid. Ada pula yang menyebutnya tagoni dan samrah. Jika ditinjau dari segi kebahasaan, nasyid berasal dari kata 'nasyada' yang berarti membangkitkan atau memberikan semangat.
Sampai era modern sekarang pun, bait-bait syair dalam musik kasidah masih diwarnai dengan nasihat keagamaan dan pembangkit semangat.
Seiring dengan perkembangan musik di Tanah Air, kasidah rebana terus berbenah karena menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman. Pada pertengahan tahun 80-an, muncul kasidah dengan warna dangdut oleh kelompok musik Nasida Ria dari Semarang.
Lirik dan warna musik yang ditawarkan itu mendapatkan sambutan luas dari masyarakat Muslim Indonesia. Bahkan, salah satu lagunya yang berjudul "Perdamaian" dipopulerkan kembali oleh Gigi.
Pada tahun 1990-an, muncul kelompok-kelompok kasidah rebana beraliran pop yang dipopularkan oleh Hadad Alawi dan Sulis. Sedangkan, di Malaysia, sejak tahun 1997, kasidah rebana dipopulerkan grup musik Raihan, Rabbani, Hijjaz, dan Saujana.