Selasa 13 May 2014 14:48 WIB

Pemkab Kulon Progo Gelar Festival Padang mBulan

Rep: Heri Purwata/ Red: Julkifli Marbun
Kantor Bupati Kulon Progo
Foto: Antara
Kantor Bupati Kulon Progo

REPUBLIKA.CO.ID, WATES -- Pemerintah Kabupaten Kulon Progo menggelar Festival Padang mBulan antar Kecamatan se Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu (14/5) malam. Festival ini akan menampilkan lomba grup ‘gejog lesung’ dan setiap grup terdiri dari 15 orang. Sedang lagu ada tiga katagori yaitu lagu wajib ‘Lancaran Kulon Progo Binangun’, lagu wajib pilihan dan lagu bebas.

Demikian dikatakan Joko Mursita, Panitia Festival Pandang mBulan Kulon Progo kepada wartawan di Wates, Selasa (13/5). Festival ini dimaksudkan untuk melestarikan, membina, menggali dan mengembangkan seni musik Gejog Lesung. Selain itu, juga menggali ide kreativitas dan apresiasi masyarakat dalam menciptakan Karya seni di bidang Musik Gejog Lesung. “Meningkatkan kecintaan dan kepedulian masyarakat terhadap pelestarian dan  pengembangan seni musik khususnya musik Gejog Lesung,” kata Joko Mursito.

Dijelaskan Joko, Padang mBulan merupakan salah satu istilah yang sangat unik dan menarik untuk sebuah istilah dalam menggambarkan situasi malam yang di terangi cahaya bulan. Pada era tahun 70-an, setiap malam saat ada cahaya bulan purnama ada kegiatan yang melibatkan baik anak-anak, remaja maupun dewasa. Mereka melakukan berbagai kegiatan baik dolanan anak-anak maupun sekedar berkumpul dan  bermain musik dengan menggunakan lesung (tempat untuk menumbuk padi).

Pada malam bulan purnama “lesung” merupakan alat  musik yang sangat dominan dimainkan. Salah satu contohnya, ketika ada hajatan sunatan atau perkawinan, alat musik lesung dimainkan untuk memeriahkan dalam acara tersebut. Juga ketika ada  orang melahirkan, lesung juga ditabuh sebagai pertanda si ibu telah melahirkan dengan selamat.

Ada bermacam-macam ragam tabuhan yang memakai pukulan baku yang disebut dengan pukulan “kucing mloncat, thong-thong sot dan lain-lain. Sedang lagu yang dinyanyikan lagu-lagu tradisi dan lagu-lagu dolanan seperti  //lesung jumengglung, yo pra kanca, lumbung desa// dan lain sebagainya.

Di era modern, kata Joko, Gejog Lesung sudah ditinggalkan dan tergeser dengan alat-alat musik dan lagu-lagu yang lebih modern.  Anak-anak muda jaman sekarang sangat sedikit yang mengenal musik Gejog Lesung. “Even atau wadah untuk menggali, melestarikan dan menumbuh kembangkan kembali jenis musik yang  sudah mulai kurang diminati dan langka keberadaannya.  N heri purwata

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement