REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Entah harus menunggu berapa banyak korban lagi agar klub-klub sepak bola Indonesia bisa menghargai para pemainnya. Kematian pemain Persiraja Banda Aceh, Akli Fairus, menjadi bukti bahwa sepak bola Tanah Air tak cukup belajar atas kasus meninggalnya pemain yang sudah sering terjadi.
Wafatnya Akli memang takdir Yang Maha Kuasa. Pemain yang berposisi striker itu menghembuskan nafas terakhirnya pada Jumat (16/5) setelah menjalani perawatan intensif dan operasi akibat luka di bagian usus dan kantung kemih gara-gara bertabrakan dengan kiper PSAP Sigli dalam laga Divisi Utama di Stadion Haji Dimurthala, Banda Aceh, Sabtu (10/5) sore.
Yang jadi masalah, Akli tak langsung dilarikan ke rumah sakit ketika ia tergeletak di lapangan. Akli malah lebih dulu dipulangkan ke mes pemain. Manajemen Persiraja baru membawa Akli ke rumah sakit sekitar pukul 23.00 WIB. Padahal, Akli sudah meringis kesakitan seusai bertabrakan.
Semakin ironis karena gaji Akli selama tiga bulan membela Persiraja musim ini belum dibayarkan. Anak kelima dari enam bersaudara itu pun sempat melakukan aksi protes bersama rekan-rekannya belum lama ini. Namun, jerih payahnya tak kunjung terbayar hingga tutup usia.
Ini bukan kali pertama ada pemain yang wafat dengan meninggalkan masalah tunggakan gaji. Belum hilang dari ingatan ketika sepak bola Indonesia digemparkan dengan meninggalnya pemain impor asal Paraguay, Diego Mendieta, pada Desember 2012.
Gara-gara gaji sebesar Rp 100 juta yang ditunggak oleh Persis Solo, Mendieta kesulitan mendapat perawatan intensif untuk mengobati penyakit typhus yang dialaminya. Mendieta bahkan sempat hanya dirawat di kamar kos dan menunggu donasi untuk berobat jalan.
Nahasnya, masalah tunggakan gaji Akli dan para pemain Persiraja lainnya dipastikan bakal lebih lama terselesaikan. Pasalnya, Ketua Umum Persiraja Jamaluddin T. Muku yang baru terpilih belum lebih dari sebulan, memilih mengundurkan diri dari jabatannya.
Ia terpaksa mengambil keputusan tersebut karena menilai para pengurus lama Persiraja seolah lepas tangan atas masalah tunggakan gaji. Menurut dia, masalah itu merupakan tanggung jawab pengurus lama yang melakukan penandatanganan kontrak pemain.
Persiraja memang baru saja berganti kepengurusan pada akhir April. "Kami menyatakan mundur dengan terhormat," kata Jamaluddin.
Jamaluddin menjelaskan dirinya sudah berusaha mengundang para pengurus lama untuk menggelar rapat pada Sabtu (17/5) membahas sejumlah masalah yang membelit Persiraja pascakematian Akli. Termasuk soal tunggakan gaji. Namun tak ada satu pun pengurus lama yang hadir.
"Sampai sekarang, para pengurus lama tidak ada yang bisa dihubungi. Kami sudah meminta pertanggungjawaban mereka," ujar dia.
Sementara itu, PSSI sebagai induk organisasi sepak bola Indonesia memilih untuk lebih dulu fokus terhadap kasus kematian Akli. PSSI membentuk tim investigasi untuk mengusut tuntas hal-hal dibalik wafatnya Akli. "Kami akan melakukan investigasi dari sisi medis olahraga," kata Sekretaris Jenderal PSSI, Joko Driyono.