REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING-- Pakar kuliner Bondan Winarno mengatakan keragaman kuliner Indonesia lebih beragam dibandingkan Thailand, lantaran tiap daerah di Indonesia mempunya ragam kuliner yang berbeda.
"Semisal, di Sumatra ada masakan Padang, Minangkabau ada masakan Kapau dan lainnya, sehingga tiap daerah memiliki ragam kuliner yang berbeda," katanya kepada Antara di Beijing, Rabu malam (21/5).
Namun, lanjut penikmat makanan itu, kuliner Indonesia belum bisa mendunia layaknya sup tom Thailand, karena belum ada kesatuan visi antara pemerintah, swasta dan penggiat kuliner terhadap kuliner tradisional nusantara.
Ia mencontohkan, Thailand yang membuat program promosi pariwisata melalui pendekatan kuliner, yaitu "Thai Kitchen to The World". Dengan program tersebut, restoran-restoran Thailand di berbagai negara di dunia makin banyak bermunculan.
"Dari target sekitar 10.000 restoran di seluruh dunia, kini hanya kurang dari lima tahun sejak program itu diluncurkan, telah ada 20 ribu restoran Thailand di selruh dunia," kata dia.
Pemerintah Thailand dan pemangku kepentingan terkait lainnya telah sepakat untuk menjadi kuliner sebagai salah satu media yang mempromosikan negara gajah putih itu. Walau tak ke Thailand, orang-orang seluruh dunia dapat merasakan masakan Thailand.
"Orang London misalnya, jadi suka makan makanan Thailand, lalu berpikir musim panas nanti mau liburan ke Thailand, sebab makan di tempat aslinya tentu lebih enak. Akhirnya jadi berdampak ke pariwisata," jelas Bondan.
Indonesia, lanjut dia, dengan keragaman kuliner yang lebih kaya dibandingkan Thailand seharusnya sudah mulai makin menajamkan visinya mau kemana kuliner Indonesia akan dibawa. "Ini memang perlu komitmen kuat dari semua pihak tidak saja pemerintah, tetapi semua pemangku kepentingan terkait," tutur Bondan.
Menurut dia Indonesia telah menetapkan 30 ikon kuliner nusantara untuk dipromosikan ke mancanegara dan itu sangat baik, serta telah diapresiasi pihak lain untuk mempromosikannya. "Namun, kesatuan visi itu penting sehingga promosi 30 ikon kuliner nusantara itu juga akan semakin maksimal hasil dan dampaknya bagi Indonesia," katanya menegaskan.
Bondan berada di Beijing untuk menerima penghargaan sebagai juara pertama "Gourmand Awards" melalui karya buku resepnya "100 Makanan Tradisional Indonesia, Mak Nyus". Dalam ajang penghargaan bagi buku kuliner terbaik ke-19 penghargaan "Gourmand World Cookbook", di Beijing, Tiongkok 20-21 Mei 2014 itu, Indonesia berhasil mendapat penghargaan terbaik pula untuk "special awards" yang diberikan kepada Reno Andam Suri dengan karyanya "Rendang, Minang Legacy to The World".
Penghargaan terbaik "Gourmand Awards" lainnya diberikan kepada kepada Indonesia yakni Dr Samuel Oetoro, Erwin dan Jana Parengkuan dengan judul buku "Smart Eating? yang menduduki tempat kedua dari delapan finalis untuk kategori `Lifestyle, Body and Soul" dengan sub kategori "health".
Ajang penghargaan bagi para penerbit, penulis buku, jurnalis dan penggiat kuliner, kali ini diikuti sekitar 187 negara peserta. Dari jumlah itu disaring menjadi 43 negara dengan karya terbaik untuk 102 kategori.