Sabtu 24 May 2014 23:04 WIB

Soal Internet, Tifatul: Ambil yang Positif, Abaikan yang Negatif

Tifatul Sembiring
Foto: Agung Supriyanto/Republika
Tifatul Sembiring

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Menkominfo Tifatul Sembiring mengingatkan masyarakat agar cerdas memanfaatkan kemajuan teknologi informasi (TI) yang terus berkembang sampai ke pelosok desa.

"Kita tidak bisa terlepas dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era modern ini. Karena sudah sampai ke desa-desa orang mengakses internet. Mari ambil yang positif dan abaikan yang negatifnya," kata Tifatul di Padang, Sabtu (24/5).

Karenanya, kata dia, pemerintah tak ragu-ragu memblokir situs yang merusak. Seperti pornografi dan judi online, serta bentuk ancaman lainnya. Justru peran masyarakat dalam membantu pemerintah daerah mewujudkan pemanfaatan internet sehat sangat diperlukan.

Ia pun memberi apresiasi kebijakan Pemprov Kalimantan Tengah yang berhasil membuat perda tentang larangan bagi usaha warnet mengakses situs porno.

Dalam regulasi tersebut dinyatakan, jika ada pelaku usaha warnet di Kalteng yang membiarkan pengunjung mengakses situs terlarang, maka usahanya disegel atau ditutup.

Menurutnya, langkah yang sama tentu tepat pula diterapkan di Sumatra Barat dan Padang. Karena memegang teguh filosofi Adat Basandi Syara', Syara' Basandi Kitabullah.

Sumbar juga termasuk daerah konsumen tertinggi terhadap alat teknologi modern. Oada satu sisi hal yang positif karena berkembangnya wirausaha dan keterbukaan informasi bagi masyarakat.

Namun pada sisi lain, tentu harus mendapatkan perhatian bersama agar tidak terjebak dengan hal yang negatif. Karenanya, masyarakat diminta turut membantu pemerintah mencegahnya.

"Sumbar patut juga diapresiasi, karena merupakan satu-satunya provinsi di Indonesia yang sudah mencetak blue print ciber provinsi, saat ini sedang dibahas Bappenas," katanya.

Ia mengajak seluruh komponen masyarakat untuk bersatu. Bkan hanya dari aspek infrastruktur teknologi, tetapi juga bersatu secara hati.

"Masyarakat terluar di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini harus tersentuh dengan perkembangan informasi. Sehingga dapat bersatu secara hati dan fisik untuk menjaga keutuhan NKRI," katanya.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement