REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Kemanusiaan global, Aksi Cepat Tanggap (ACT) tengah malam ini memberangkan tim kemanusiaan ke Republika Afrika Tengah (CAR). Keberangkatan tim yang diketuai Yusnirsyah Sirin ini sebagai respons atas terjadinya konflik kekerasan di negara tersebut.
Akibat konflik tersebut, CAR seolah menjadi negara yang terlupakan. Pada 2 Mei, UNHCR merilis, lebih dari 23 ribu orang kehilangan tempat tinggal mereka di bagian utara CAR. Jumlah pengungsi tersebut hampir dua kali lipat dibandingkan dengan sebulan sebelumnya.
Sejak puncak konflik Desember 2013 hingga kini, di CAR nyaris tidak ada perubahan positif melainkan semakin memburuk. Terlebih, pengungsi Muslim di Kamerun, Chad, dan utara CAR akan menghadapi musim penghujan yang akan menambah parah kondisi mereka di pengungsian.
Sampai saat ini kondisi Muslim di Afrika Tengah makin memprihatinkan. Selain terusir dari negeri mereka sendiri, mereka juga harus menghadapi berbagai keterbatasan hidup di pengungsian. Kekurangan bahan makanan, fasilitas kesehatan, dan ancaman musim penghujan. Mereka tersebar ke dalam beberapa kantung pengungsian hingga ke Chad dan Kamerun.
Tim nantinya akan mendistribusikan bantuan kemanusiaan untuk pengungsi di Chad, Camerun dan CAR. “Tim Global Humanitarian Response (GHR) ACT melakukan assessment dan distribusi bantuan untuk pengungsi. Semua tergantung kebutuhan pengungsi di sana,” kata Yusnirsyah dalam siaran persnya kepada ROL.
Yusnirsyah mengatakan, fokus utama tim GHR akan di Chad karena pengungsi Afrika Tengah paling banyak ada di negara tersebut. Sampai saat ini kondisi pengungsi di Afrika Tengah makin memprihatinkan. “Mohon doa agar ACT diberi kekuatan dan kelancaran dalam menyalurkan bantuan donatur sebagai solusi bagi korban bencana kelaparan, kemiskinan dan kezoliman di penjuru dunia. Mari bersama memberi bantuan terbaik kita, saat ini juga demi menyelamatkan nyawa saudara kita,”kata dia.