Sabtu 31 May 2014 08:51 WIB

Pergulatan Muslim Tajikistan di Bekas Wilayah Komunis (1)

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: M Akbar
A woman harvests cotton in a field near the village of Yakhak, some 120 km (75 miles) south of the capital Dushanbe, October 10, 2013. Picture taken October 10, 2013. REUTERS/Nozim Kalandarov
Foto: NOZIM KALANDAROV
A woman harvests cotton in a field near the village of Yakhak, some 120 km (75 miles) south of the capital Dushanbe, October 10, 2013. Picture taken October 10, 2013. REUTERS/Nozim Kalandarov

REPUBLIKA.CO.ID, Meski merupakan pecahan Republik Sosialis Uni Soviet (USSR) atau Uni Soviet, Tajikistan memiliki hubungan lebih erat dengan Iran dan Afghanistan. Mayoritas warga Tajikistan menggunakan bahasa Farsi, bahasa yang juga digunakan warga Afghanistan dan Iran.

Bahasa Rusia sendiri masih digunakan sebagian kecil masyarakat. Tak hanya bahasa, tapi ketiganya berbagi sejarah karena pernah menjadi bagian Imperium Persia.

Sebagian besar wilayah Tajikistan berada di Pegunung Pamir dengan ketinggian di atas 3.000 meter. Namun, Tajikistan juga memiliki beberapa wilayah dataran rendah, seperti Lembah Ferghana di utara.

Aziz Niyazi dalam makalahnya "Islam in Tajikistan: Tradition and Modernity" menulis Islam mulai masuk di Tajikistan pada pertengahan abad ke-7 (644 M). Akhir abad ke- 8, risalah Muhammad SAW ini telah menjadi keyakinan yang berkembang signifikan di wilayah yang terletak antara sungai Amu- Drya dan Syr-Darya.

Islam diakui menjadi agama resmi oleh Imperium Samanid (875-999 M), pemerintahan pertama di Tajikistan, pada adab ke-10 M. Islam masuk ke golongan pemuda, bersamaan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan ekonomi serta kemunculan para ilmuwan. Imperium Samanid bersama para Khalifah di Baghdad berhasil menjadikan Bukhara dan Samarkand sebagai pusat kebudayaan Islam.

Masyarakat Tajikistan didominasi Islam Sunni pengikut mahzab Hanafi (sekira 93 persen) dan sisanya penganut Syiah sekte Isma'ili yah yang sebagian besarnya terdapat di wilayah otonomi khusus Gor no-Badakhshan Autonomous Oblast' (GBAO).

Peneliti senior Institute for Oriental Studies of Russian Academy of Sciences, Ruslan Kurbanov, dalam tulisannya "Muslims in Tajikistan", seperti dinukilkan dari laman onislam.net, mengungkapkan penyebaran Islam di Tajikistan melewati proses panjang dan berliku.

Kerajaan Samanid sempat menekan Muslim Arab saat melakukan perluasan wilayah kekuasaan ke Samarkand dan Bukhara (wilayah Uzbekistan saat ini). Tarekat Sufi berperan penting dalam penyebaran Islam di sana kala itu.

Dalam laman sejarah BBC, Genghis Khan berhasil menaklukkan Tajikistan dan sebagian besar wilayah Asia Tengah pada abad ke-13. Ia mengukuhkan kekuasaan Imperium Mongol sebelum ditumbangkan penguasa Turki dari Imperium Timur Leng pada abad ke-14.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement