Jumat 06 Jun 2014 14:04 WIB

Obama: Sanksi Baru Akan Membuat Rusia Lebih Terpuruk

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Bilal Ramadhan
Presiden AS, Barrack Obama
Foto: AP
Presiden AS, Barrack Obama

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS– Presiden Barack Obama terus memperingatkan Rusia untuk tidak memicu destabilisasi di Ukraina. Ia mengatakan, tindakan Rusia hanya membahayakan diri sendiri. ‘’Tindakan Rusia mencegah perekonomiannya sendiri tumbuh,’’ kata Obama dalam akhir pertemuan G7 di Brussels, Kamis (5/6).

Presiden Obama mengatakan perekonomian Rusia sudah menderita. Rusia akan lebih menderita jika Putin tidak mengubah perilakunya. ‘’Jika mereka terus melakukan provokasi, G7 siap membebankan biaya tambahan,’’ katanya.

G7 sepakat terapkan sanksi baru yang lebih keras dari sebelumnya jika Rusia tak tunjukan itikad redakan krisis. Hingga saat ini, sanksi berupa pembatasan perjalanan dan pembekuan aset telah sedikit mengguncang Rusia. Sehingga para pengamat menilai Presiden Vladimir Putin sekarang lebih melunak.

Obama menjamin hubungan Rusia dan barat bisa membaik jika dalam satu bulan kedepan Rusia menjalin hubungan baik dengan Ukraina. Perdana menteri Inggris David Cameron mengatakan Putin harus melakukan tiga langkah untuk menghindari sanksi lanjutan.

Tiga langkah tersebut yaitu mengakui Petro Poroshenko sebagai pemimpin baru alias Presiden Ukraina, menghentikan distribusi senjata melalui perbatasan dan menghentikan dukungan pada separatis pro Rusia di timur Ukraina. G7 memberi Rusia waktu sebulan untuk melakukan langkah tersebut.

‘’Bulan berikutnya penting untuk menilai tindakan Presiden Putin,’’ kata Cameron.

Obama mengatakan G7 sepakat dengan syarat dari Cameron untuk Rusia. Obama mengakui bahwa sanksi sektoral akan memukul sektor kunci ekonomi Rusia. Menurutnya, sanksi tersebut akan berdampak besar karena berimbas pada orang-orang Rusia langsung.

‘’Berbeda dengan ekonomi global yang terus meningkat, perekonomian Rusia sekarang sangat lamban. Bahkan lebih lemah,’’ kata Obama dikutip Reuters.

Untuk memantapkan langkah memukul ekonomi Rusia, G7 membahas pemutusan ketergantungan terhadap Rusia, terutama dalam bidang energi. Sementara, Putin terus membantah telah memicu krisis di negara tetangganya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement