REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Lokalisasi prostitusi Dolly, Kota Surabaya akhirnya resmi ditutup, Rabu (18/6) malam. Menteri Sosial (Mensor) Salim Segaf Al Jufri mengapresiasi langkah Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang berupaya menutup Dolly karena hanya merusak moral bangsa.
Salim mengaku, pihaknya sudah serius menangani masalah prostitusi di Jatim termasuk Dolly sejak Juni 2012 lalu. Untuk itu,langkah berani pemerintah kota Surabaya dan Pemerintah Daerah Jatim sangat dia apresiasi dan membuat bangga.
Menurutnya,penutupan ini menjadi pengukir sejarah. Ini karena Dolly sudah 100 tahun berdiri. Tapi itu bukan berarti menjadi pembiaran prostitusi Dolly tetap berdiri. “Ibarat orang yang berusia lanjut usia, sudah seharusnya dia meninggal dunia. Apalagi (prostitusi Dolly) membawa kerusakan akhlak, dekadensi moral, pelanggaran hak asasi manusia (HAM), merugikan anak maka kita harus lakukan perubahan,” ujarnya saat deklarasi penutupan lokalisasi Dolly di Islamic Center di Surabaya, Rabu (18/6) malam.
Ia menegaskan, negara yang penduduknya tidak punya agama seperti Tiongkok saja tidak memiliki lokalisasi prostitusi. Tetapi yang terpenting adalah apa yang pihaknya berikan untuk warga terdampak, pekerja seks komersial (PSK) dan mucikari. “Pemerintah Provinsi Jatim, Pemkot Surabaya serius memberikan yg terbaik untuk PSK wanita harapan,” katanya.
Pada kesempatan itu, ia juga meminta kepada Gubernur Jatim Soekarwo untuk menutup 23 lokalisasi di Provinsi Jatim prostitusi yang masih tersisa. “Kalau bisa ditutup sebelum masa jabatan saya habis pada Oktober 2014. Saya berjanji akan terus mengawal penutupan ini,” ujarnya.