Kamis 19 Jun 2014 13:53 WIB

HMI: Penutupan Dolly Kurang Persiapan

Simpatisan membentangkan spanduk yang mengatasnamakan Santri Musisi Jalanan saat melakukan aksi mendukung penutupan lokalisasi Dolly di Bundaran HI, Jakarta, Selasa (17/6).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Simpatisan membentangkan spanduk yang mengatasnamakan Santri Musisi Jalanan saat melakukan aksi mendukung penutupan lokalisasi Dolly di Bundaran HI, Jakarta, Selasa (17/6).

REPUBLIKA.CO.ID, PAMEKASAN -- Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Bangkalan, Jawa Timur, berpendapat seharusnya penutupan lokalisasi Dolly di Surabaya dilakukan pemerintah provinsi dan kota setempat secara bertahap, tidak sekaligus.

"Kami menilai, penutupan sekaligus, tanpa persiapan yang matang justru akan menimbulkan masalah sosial baru nantinya," kata Ketua Bidang Perguruan Tinggi Kepemudaan dan Mahasiswa HMI Cabang Bangkalan, Hairus Zaman dalam rilisnya, Rabu (18/6) malam.

Dari persepsi hukum agama, kebijakan pemerintah menutup tempat prostitusi terbesar di Asia Tenggara itu, memang baik. Namun demikian, apabila tanpa persiapan yang matang, maka akan sangat berpotensi menimbulkan masalah baru yang lebih parah dikemudian hari.

Para pekerja seks komersial (PSK) yang ada di Dolly itu, bisa saja pindah dari Dolly, dan tidak lagi berada di lokasi itu. "Dari sisi ini, tentunya pemerintah sudah sukses melakukan penutupan," terang Hairus Zaman.

Akan tetapi, karena belum memiliki keterampilan lain dalam mempertahankan hidup, mereka bisa saja pindah ketempat lain dan memilih tempat terbuka dalam menjalani profesi yang sama.

"Kalau caranya seperti itu, maka bukan solusi yang akan didapat, akan tetapi persoalan yang lebih besar lagi, karena di tempat terbuka yang tidak dilokalisir seperti itu, bahayanya jelas akan lebih parah," katanya.

Semestinya, sambung dia, sebelum melakukan penutupan, Pemerintah Kota Surabaya melakukan persiapan yang lebih matang dan terencana dalam banyak hal, baik untuk masyarakat yang selama ini pendapatannya bergantung pada Dolly, maupun untuk PSK itu sendiri.

"Kami bukan anti dengan penutupan ini, tapi yang kami sesalkan adalah kurangnya persiapan yang matang, dan sekali lagi hal ini berpotensi menimbulkan masalah sosial baru, yang lebih luas," katanya.

Jika penutupan dilakukan secara sekaligus, sementara masyarakat belum memiliki pekerjaan pengganti, dan demikian juga dengan pihak PSK belum memiliki keterampilan kerja yang cukup memadai, maka yang terjadi adalah masalah sosial yang lebih besar.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement