REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Satelit Tera dan Aqua mendeteksi sebanyak 366 titik panas atau "hotspot" tersebar di Provinsi Riau yang menjadi indikasi terjadinya kebakaran lahan dan hutan.
"Berdasarkan laporan dari BMKG pada pukul 07.00 WIB, total titik panas di Riau mencapai 366 titik," kata Kepala Divisi Informasi dan Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Agus Wibowo, di Pekanbaru, Rabu (25/6).
Ia mengatakan, total "hotspot" di Pulau Sumatera mencapai 386 titik dimana sebagian besar diantaranya berada di Riau. Jumlah titik panas mengalami lonjakan tinggi dibandingkan pantauan satelit pada Selasa petang (24/6), yang mencapai 85 titik.
Ia mengatakan, dampak kebakaran lahan dan hutan mulai terlihat di daerah pesisir Riau karena asap telah menurunkan jarak pandang (visibility). Di Kota Dumai jarak pandang pada pukul 07.00 WIB turun menjadi 2 kilometer (Km) akibat adanya asap.
Meski begitu, jarak pandang masih relatif aman untuk penerbangan dari Bandara Pinang Kampai di Dumai. Sedangkan, jarak pandang di Pekanbaru masih bagus, yakni mencapai 7 Km.
"Di Pekanbaru memang relatif bersih, karena angin tidak mengarah kesana. Yang dikhawatirkan sekarang adalah asap terbawa angin sampai ke negera tetangga," kata Agus.
Ia menjabarkan, titik panas yang menjadi indikasi kebakaran lahan dan hutan terdeteksi di sembilan kabupaten dan kota. Titik panas terbanyak berada di Kabupaten Rokan Hilir yang mencapai 221.
Sebaran titik panas lainnya berada di Kabupaten Bengkalis (57), Kepulauan Meranti (2), Kota Dumai (59), Kabupaten Pelalawan (19), Siak (1), Indragiri Hulu (1), Indragiri Hilir (3), dan Kuantan Singingi (3).
Ia mengatakan tingkat kepercayaan atau keakuratan data di atas 70 persen mencapai 215 titik yang terindikasi kuat merupakan titik api.
"Cuaca Riau diprakirakan cerah hingga berawan, masih ada hujan ringan berpotensi terjadi di Wilayah Riau bagian Timur, Tengah, Barat dan Selatan," katanya.
Pemprov Riau sendiri telah membuka kembali Pos Komando Satgas Siaga Asap di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, sejak 24 Juni lalu. Pemerintah daerah terus berupaya agar kebakaran tidak meluas yang bisa kembali menyebabkan bencana asap seperti awal tahun 2014