Selasa 08 Jul 2014 00:11 WIB

SBY Diminta Jamin Pilpres Berjalan Jurdil

Presiden SBY.
Foto: @SBYudhoyono
Presiden SBY.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diminta untuk memastikan pemilihan presiden (Pilpres) 9 Juli besok, berlangsung secara jujur, adil (jurdil) dan damai.

"Kasus di Hongkong harus menjadi perhatian. SBY harus memastikan Pilpres berjalan jurdil dan damai. SBY harus mendesak KPU untuk memastikan kepada kita bahwa mereka bisa menyelenggarakan pilpres ini dengan baik," kata pengamat politik Margarito Kamis, kemarin.

Sementara itu, peneliti Poins Karel S meminta pemerintah mengklarifikasi isu adanya intervensi aparat penegak hukum dan negara yang menggiring pemilih untuk mencoblos pasangan capres tertentu pada masa tenang dan pemilihan di luar negeri.

"Intervensi politik maupun taktis, justru akan menempatkan pemerintah dalam posisi yang sulit. Di mana capres yang dirugikan atau kalah nantinya akan berdalih bahwa pemerintah telah bertindak di luar kewenangannya dan mendukung salah satu capres," katanya.

Dia mengingatkan, ranah pilpres adalah milik KPU dan Bawaslu. Tugas pemerintah hanya melindungi segala tindakan yang sesuai dan proporsional dengan kewenangan yang dimiliki berdasarkan aturan undang-undang. "Karena itu pemerintah harus klarifikasi isu yang beredar tersebut," imbaunya.

Karel menambahkan, netralitas TNI/ Polri menjadi harga mati. Dan, apabila ada indikasi penyimpangan maka dilaporkan saja ke Panglima TNI Jenderal Moeldoko. 

"Jadi jangan hanya sekadar melempar isu soal kecurangan, tapi kurang bukti atau tak mau melaporkan kepada Panglima TNI. Semua informasi harus diklarifikasi sehingga tidak menjadi bubble information. Ini bisa mempengaruhi psikologi pemilih akar rumput nantinya."

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement